Senin, 05 April 2010

Jack & Sulur Pelangi

Jack begitu bermimpi bisa meraih mimpi di balik tirai mendung, menggenggam awan2 yang menggumpal. Naik dan terus naik, memanjat batang kacang polong yang terjuntai tinggi ke lapis langit. Dan sampailah ia kini disana, di tempat istana mimpi. Negeri di balik awan ungu. Dari sana Jack menyapu pandangannya pada seluruh negeri di bawah sana. Ia bisa melihat dengan leluasa. Semua yang begitu luas nampak begitu mungil sekarang dalam kacamatanya. Jack bisa menggenggam gumpalan gunung yang sombong menjulang tinggi di seberang sana itu. Tak perlu pula mendaki dengan susah payah lagi. Senang rasanya bermain-main di atas angin. Jack tertawa gembira. Menari berselendangkan cahaya pelangi. Inilah istana impian.


Tapi ada celah kosong disisi lain istana mimpi itu. Sepi dan begitu dingin. Tak ada sesiapapun disini. Kehidupan di bawah sana itu nampaknya begitu indah dan ramai. Berpijak pada tanah hitam, berlari diantara aliran sungai dan bermain bersama ranting dan dedaunan hijau. Jack iri pada tawa ria yang didengarnya dari balik julangan layang-layang yang membumbung di sampingnya itu. Seolah benang nilon itu menjadi penghubung nada bahagia yang disuarakan untuk mengisi kehampaannya. Jack menjadi begitu rindu.



Jika sepi masih melanda di negeri mimpi ini, masih pantaskah tempat ini disebut istana impian?.

Jika rindu ini adalah rindu untuk tempat yang lain, dimanakah letak mimpi itu sebenarnya?

Jika keindahan yang terlihat ini ternyata jauh di hadapan mata, lalu keindahan apa yang sedang kupijak ini?



Manusia akan terus melukis dan melukis bahagia di dalam angannya. Tanpa menyadari apa yang sebenarnya dia cari adalah apa yang sedang diberikan Tuhan padanya. Mencari dan terus mencari, dan saat dia sadari apa yang dinginkannya takkan pernah terbatas. Namun apa yang idah itu akan terlihat jelas saat keindahan itu ia tinggalkan.

Tidak ada komentar: