Rabu, 16 Desember 2009

Nothing..

Tak ada senyum
Tak ada tawa
Tak ada ceria
Tak ada pedih
Tak ada sakit
Tak ada tangis
Tak ada duka
Hanya ...
Terdiam
Tanpa desir angin pun mau berhembus
Tanpa langit yang berwarna
Tanpa pijakan yang tak rapuh
Tanpa sandaran yang menopang

Rabu, 09 Desember 2009

Bola Retina di Pejaman Mata

Aku bermimpi
tentang bintang, tentang pertarungan, tentang teriakan
Saat aku tertidur, aku justru sedang tersadar apa yang menjadi keinginan alam bawah sadar ku.
Saat mata terpejam, sebenarnya aku melihat dibalik tirai yang ku pertanyakan.
Bintang itu harapan yang tergantung tinggi dan tak pernah bisaa ku raih, meski taburan yang ku tempuh adalah jalan penuh pertarungan dan aku menyerah sebelum aku mengaku kalah, namun tanpa ampun terus menggilas ku, meski teriakan ku begitu lemah, memelas memohon agar smuanya terhenti.

Selasa, 08 Desember 2009

Leave All Out the Rest





I dreamed I was missing

You were so scared

But no one would listen

‘Cause no one else cared


After my dreaming
I woke with this fear

What am I leaving

When I’m done here
 So if you’re asking me

I want you to know

When my time comes

Forget the wrong that I’ve done

Help me leave behind some

Reasons to be missed

 
And don’t resent me
And when you’re feeling empty

Keep me in your memory

Leave out all the rest, leave all out the rest

 
Don’t be afraid

I’ve taken my beating

I’ve shed but I’m me

 
I’m strong on the surface

Not all the way through

I’ve never been perfect

But neither have you

 
Forgetting all the hurt inside

You’ve learned to hide so well

Pretending someone else can come

And save me from myself

I can’t be who you are

I can’t be who you are







Senin, 07 Desember 2009

Mengapa aku bersedih
Aku terdiam
Aku kehilangan semangat
Aku meneteskan air mata
Dan bahkan aku tak ingin hidup

Aku slalu bertanya
Dan tak pernah menemukan jawaban
Sampai aku tak ingin lagi bertanya, dan aku tak butuh jawaban itu lagi

Aku hanya sesosok manusia yang tak pernah bisa menerima apa yang Tuhan anugerahkan, apa yang telah Tuhan tentukan.
Aku ingin smuanya berjalan seperti yang ku mau
Namun pada akhirnya tak satupun....

Dan bisakah lagi aku berharap bahwa aku bisa mewujudkan satu mimpi saja ?
Agar aku mau terbangun dari dunia mimpi ku , beralih menatap dunia nyata yang sangat ku benci itu ?
Agar aku mulai membenci 'tuk menyemai senyum di alam ilusi

Sejenak ku tersadar
Aku tak pernah mendapatkan apa yang ku inginkan, namun Tuhan s'lalu memberikan apa yang ku butuhkan
Dan seharusnya kalimat itu sudah cukup membari jawaban
Namun apakah yang bisa memuaskan jiwa yang tak pernah merasa cukup ini ?

sampai kini ku masih bersemayam dalam semboyan : HIdup itu menunggu mati

Minggu, 06 Desember 2009

Never Think



I should never think
What's in your heart
What's in our home
So I won't

You'll learn to hate me
But still call me baby
Oh, love
So call me by my name
And save your soul
Save your soul
Before you're too far gone
Before nothing can be done
I'll try to decide when
She'll lie in the end
I ain't got no fight in me
In this whole damn world
Tell you to hold off
You choose to hold on
It's the one thing that I've known
Once I put my coat on
I'm coming out in this all wrong
She's standing outside holding me
Saying, 'Oh, please
I'm in love
I'm in love'
Girl save your soul
Go on save your soul
Before you're too far gone
Before nothing can be done
'Cause without me
You got it all
So hold on
Without me you got it all
So hold on
Without me you got it all
Without me you got it all
So hold on

Sabtu, 05 Desember 2009

Intuisi

Lagu ini membawa jiwaku mengingat kembali, bahwa ada sisi lain yang berusaha ku buang dalam pikiran ku. Dan aku tak ingin bagian yang tak rasional itu ada dalam kepala ku. Namun saat bagian itu terbuka, aku tak bisa mengendalikan logika ku. Dan ternyata justru ia bisa menguasai bawah sadarku. Dan aku tak tahu apa, atau mengapa.
Dan ini hanya tentang dunia bayang-bayang.
Mungkin tentang bayang yang seolah ku kenal jauh dan dalam, seperti menembus batas dunia nyata ku, dan kilasan acak itu menampakkan pada otakku tentangnya. Adakah bayang itu membawaku 'tuk berfikir. Setidaknya mengurutkan dan berusaha memahami apa yang berusaha dijelaskannya padaku.
Seolah sedang memberi jawaban segala pertanyaan ku.

Seperti Apa Esok itu?


Disini jasadku teronggok, bersama nafas yang terengah dalam udara yang menipis terkikis. Namun tak bisa ku katakan dimana jiwa ku, kemana ia pergi, melayang entah mencari apa. Mungkin ia menggantungkan mimpi-mimpi ku ke lapis langit. Bersama bilangan musim yang menghembuskan angin dingin Desember-nya, aku masih menghitung mundur. Kapan saat itu akan datang lebih cepat padaku? Dan apakah yang menantiku di hadapan kelak? Adakah secercah harapan yang mengembangkan senyum ku esok ? Atau hanya kelam yang sama yang kan ku temui lagi? Kejemuan yang sama yang hanya berganti pakaian. Dan pikiran-pikiran yang tak nyata ini akan terus lahir.
Hari seperti apa esok itu?
Apa yang telah disiapkan hidup untukku?
Karena aku tak pernah menyiapkan apa-apa untuk kehidupan.
Masihkan aku diberi kesempatan, untuk bisa mengukir namaku pada wajah dunia?

Tetap

Jika saja setiap aku buka mata di pagi hari, saat aku masih menanti terbitnya mentari, aku bisa melihat batas garis antara dunia nyata yang harus ku hadapi, mungkin aku takkan seperti ini.
Kembali terduduk memandang dan hanya bisa menunggu. Ku bernafas, berjalan tanpa jiwa. Masih mencari makna hadirku di dunia.
Untuk apa aku lahir, untuk apa aku hidup, hanya untuk menunggu kematian datang menjamputku. Lalu mengapa ia tak datang lebi cepat saja menjemput ku? Tak ada yang bisa ku maknai sampai saat ini. Jalan ini masih jalan kosong yang kemarin, jalan yang sepi bahkan tanpa semilir angin.
Saat malam begitu ramai oleh hiasan taburan bintang galaksi, saat pagi begitu semarak oleh dendang ranting2 yang dikoyak kicau burung, saat siang begitu disengat kesombongan sang surya, saat senja merendahkan lembayungnya, mengapa hatiku masih saja beku?
Aku tak pernah berubah, masih saja hati yang keras, dingin dan beku.
Masih pada langkah yang sama, masih berpijak pada batas dunia ilusi.
Tak mau beranjak. Tetap pada sisi hampa.
Dan biarkan aku sendiri.

Sabtu, 07 November 2009

KAU

Saat ada yang berkata manis padaku
saat ada yang benar-benar membuatku bangga dengan kata-katanya
saat ada yang menghampiriku dengan sepenuh hatinya
saat ada yang menggenggam sekepal harapan dan berniat membaginya bersamaku
kenapa dia itu bukan kau?

saat mereka itu ada nyata di depan ku
saat mereka itu berusaha di sampingku
saat mereka bersedia melihat tangisku, dan mendengar tawaku
kau dimana?

aku menyanjungmu ke tempat tertinggi dalam sudut jiwaku
aku memberimu satu ruang yang penuh dengan namamu
dan aku tak mau ruang itu diisi nama yang lain
namun nama manakah yang kau sanjung?
dan dimanakah letak namaku ?
jika ada saat untuk merenung, ku harap saat itu adalah saat ini
kalau sempat aku menyesal, sekanglah waktunya
atau hanya sekedar menyadari betapa konyolnya hal yang ku anggap prinsip itu.
ku harap itu adalah sekarang

karena setelah hari ini aku takkan lagi punya kesempatan tuk sekedar terdiam dan menatap langit.
hari setelah hari ini adalah hari yang dimana pertanyaan tak lagi berguna
dan kenyataan ada di depan mata
siap tuk menerkamku, dan mengubur mimpi ku hidup-hidup

jika aku ingin menangis harus saat ini juga
atau esok aku takkan lagi punya airmata

aku benci esok
aku benci harus menghadapinya

esok adalah hari dimana aku harus menjadi seorang wanita dewasa
esok takkan ada lagi kemanjaan
tak ada lagi tangis
yang ada hanyalah tuntutan
dan ku benci harus memenuhi panggian tuntutan itu

mengapa tak bisa ku jalani dunia ku sendiri saja?
tanpa harus peduli pada dunia di luar sana
tanpa harus mendengar ada suara lain selain suaraku
tanpa harus menyadari kalau ada hal2 lain yang sangat penting dalam tahapan hidup

aku mau tetap begini
tetap seperti hari ini
dengan langit yang sama
dengan tatapan kosong yang sama
dengan semilir angin kehampaan yang sama

dan tak ada yang perlu berubah

Minggu, 18 Oktober 2009

Terhembus dan kuhirup dalam
Wangi yang mengurai memory
Keharuman  yang sama , yang pernah tersimpan dalam ingatan
Dan aku kembali termenung sejenak untuk mengingat masa itu.

Manis,
Tak indah namun terukir begitu dalam.
Kita tak kan tahu...
kapan kita akan pergi

Bahkan saat kita sudah bosan hidup
Dan meminta penjemput kita datang

Saat nafas mulai terengah
dimana sang penjemput menghampiri dan berbisik lirih

namun mulai lah rasa sakit untuk yang terakhir
dan mulialah bercakap-cakap dengan detak kita,,,
Sudah habis waktu mu berjuang, kini marilah kita tengok taman yang lain,
di sana lihatlah, beristirahatlah di taman penuh bunga

Dan cukuplah lelah itu
Dan habislah nafas yang terputus
Dan musnahlah tangis

Tapi pantaskah aku untuk sekedar melihatnya sekilas saja?
Ataukah aku termasuk kelompok orang yang banyak menganiaya diri?








Hanya Jika

JIka aku adalah jiwa yang bebas
BIarkan ku rentang sayapku merengkuh segenap udara tanpa batas
Jika aku adalah jiwa yang bebas
Maka kan ku terjang pagar yang mengekang
Dan tiap batang jeruji itu ku leleh-leburkan
Jika aku adalah jiwa yang bebas
Maka segala aturan omong kosong itu bukanlah untukku
Dan langkah kaki, tatap mata, senyum dan tawa
Itu semua adalah milikku
Dan jika aku adalah aku
Maka kan kuberi nama jiwaku dengan plakat kebebasan

Selasa, 18 Agustus 2009

Ramadhan ini

Aku merasakan ke-Maha Agung-an Mu mendekati . dan aku tak sanggup menampungnya.
Bilangan cahaya yang tak terhingga menyiratkan segala Nama-Mu.
Aku hanya sanggup bersimpuh,,meski pun menangis, memohon ,aku meraba lemahnya hati ku,,ya Allah.
Tak kuasa aku atas apa yang ku minta dan ku mohonkan pada-Mu sebelum saat ini datang.
Telah dekat saatnya ingin ku rangkul dan ku dekap erat seluruhnya. Sampai saatnya kini ku sadari aku tak akan mampu bahkan untuk menatapnya menghampiri ku.
Aku tertunduk dan lemah dalam ketiadaan daya ku.
Aku menangis, namun tak cukup pula untuk meluapkan rasa gentar ku. Aku seperti anak kecil , tersudut dan begitu takut.
Sanggupkah aku, menyambut curahan Kasih sayang –Mu?
Kuatkah aku menggapai ampunan-Mu?
Dan pantaskah aku mendapatkan apa yang Kau janjikan bagi orang-orang yang mencintai-Mu dan Kau mencintai mereka?

Ampuni aku ,ya Allah…
Hanya air mata yang tertumpah membasahi wajah ku yang tertunduk malu ini.
Aku sungguh tak pantas…
Aku sungguh tak merasa pantas.
Dan aku tak mampu…
Saat segala Nama-Mu terangkum dan menyelimuti.
Kau-lah Cahaya di atas Cahaya.

Ramadhan ini, ya Allah.
Ijinkanlah aku.
Sedikit saja merengkuh nikmat air mata dalam sujud ku pada-Mu.

Selasa, 21 Juli 2009

Membekukan Waktu

Pagi tak pernah dingin di Juli-nya Emirate.
Sampai batas awal Juni lalu aku tak pernah mau melewatkan detik-detik terbit surya dari batas cakrawala dimana laut Ajman dan kaki langit berjumpa.
Sampai mataku tak lagi sanggup menantangnya, aku akan terus terdiam menikmati perak dan emasnya fajar.

Namun kini aku tak pernah lagi sanggup memandang mentari. Aku berpura-pura menyibukkan diri berbincang dengan perkakas dapur, sapu, alat pel, percikan air, setrika, dan baju-baju ku – hal yang sebelumnya enggan ku lakukan, kecuali sangat terdesak.
Bersama debu-debu di balkon kamar pun, aku tak mau menatap batas cakrawala merah yang ada di depan mata itu lagi.

Aku berharap pagi ini segera pergi dan berganti malam.
Bersama malam pun aku tak mau lagi mencari kemana Jupiter menitikkan orbitnya hari ini.
Aku ingin malam ini cepat berlalu.
Aku hanya tertunduk dan menyibukkan diri, berharap waktu cepat berganti.

Namun teriknya musim panas di jelang Ramadhan ini pun tak mau mencairkan waktu.
Detik yang terlewat begitu lambat bergerak.
Sebekunya hatiku, waktu ikut membeku.
Padahal bersama 1 detik menguap nya tetes air di jajaran padang gersang ini telah ku uapkan pula senyumku.
Dan tak ada lagi sisa yang tertinggal, aku tak berhasrat lagi untuk sekedar mengukir satu senyum saja, senyum dari lubuk hati yang jujur.
Ribuan topeng ku pampangkan untuk tutupi hambarnya hari, namun tetap saja aku bukan aktor yang handal.

Kehampaan itu tetap ada disini.
Jika saja aku bisa mengalirkan satu tetes saja air mata. Namun aku masih saja bisu, begitu juga jiwaku.
Hanya ingin jalani saja.
Toh, aku tak mampu menembus dimensi, bahkan untuk meyakinkan jiwaku pun aku tak mampu.
Kalau ada yang harus ku tatap, itu pasti adalah wujud kekosongan yang beku.

Minggu, 12 Juli 2009

Lembaran ini tak mewakili apa2, selain tumpahan otakku yang kosong.
Tulisan ini tak mewakili apapun, selain gambaran kehampaan.
Setitik Debu.
Segores luka, setetes air mata, setapak jejak.
Selembar kisah.


Terjuntai setangkai mimpi menyapaku. Menghadiahkan aku seulas senyum jujur, begitu tulus ku rasa bahagia saat itu. Tapi takkan mudah jalan tuk meraihnya.
Karena mimpi itu terjuntai dari lapis langit, sedangkan aku masih tepekur saja merajut jiwaku yang masih rapuh.
Dan masih ku rapikan sayap2 lemahku. Penuh harap ku tatap langit.
Dan ku tengok lagi semangat ku yang luluh. Sanggupkah aku menggapai angan yang terletak tinggi di atas sana?
Semilir sang bayu mengusap luka, dan sedetik kemudian cahaya surya menantangku. Seolah beribu Tanya menghujam, mengapa aku masih disini, belum beranjak dari dunia ilusi? Dan sekali lagi ku tengok sayap2 rapuhku. Namun waktu tak mau menunggu. Tak ada kesempatan tuk bertanya. Siap atau tidak, aku akan menjejakkan tapak terakhir, dan membumbung tinggi mengangkasa.

satu tulisan kosong untuk satu keraguan yang samar

Minggu, 24 Mei 2009

Place for My Head_LP

I watch how the moon sits in the sky
On a dark night shining with the light from the sun
The sun doesn't give light to the moon
Assuming the moon's going to owe it one
It makes me think of how you act to me
You do favors and then rapidly
You just turn around and start asking me
about Things you want back from me
Pre chorus:
I'm sick of the tension, sick of the hunger
Sick of you acting like I owe you this
Find another place to feed your greed
While I find a place to rest
I want to be in another place
I hate when you say you don't understand
(You'll see it's not meant to be)
I want to be in the energy,
not with the enemy
A place for my head
Maybe someday I'll be just like you,
and Step on people like you do
and Run away
the people I thought I knew
I remember back then who you were
You used to be calm, used to be strong
Used to be generous, but you should've known
That you'd wear out your welcome
Now you see how quiet it is, all alone
Pre chorus (2x)
Chorus You try to take the best of me Go away (8x)
Chorus
Pre chorus (2x)
-------------------------------------------------------------------------
one song from a year ago,

Rabu, 20 Mei 2009

Melalui wajahmu aku berpuisi
Aku boleh kehilangan mereka yang membawaku dengan kendaraan kesuksesan dunia
Tapi aku tak ingin kehilangan mu
Yang membuat ku
Selalu memuji dan berdzikir
Dalam tiap pandang akan keindahan tutur laku mu

Selasa, 19 Mei 2009

Ku Sederhanakan Rumus Rasa ku

Bukan cinta yang agung yang ku punya untuk mu
Aku sadar itu
Aku pernah menggebu-gebu menginginkan mu
Namun aku sungguh tak pantas
Dan aku sadar aku tak pantas untuk sebuah cinta yang agung
Dan rasa ini pun tak ku yakini saat ini
Aku hanya sadar aku hanya punya setitik rasa sayang dan takut untuk kehilangan
Rasa ingin memiliki
Dan telah ku sedarhanakan rasa yang ku cipta dulu itu
Ku sederhanakan cinta ku pada mu, kekasih
Karena Allah cemburu , dan Allah menjauh kan kau dari ku
Karena takut aku akan mencintai mu lebih dari apapun di dunia ini,
Allah sedang menjaga aku dari nafsu yang berlebihan pada rasa yang bagi sebagian orang hanyalah reaksi kimia yang terjadi karena kerja hormon di otak,,
Dan mereka menyebut itu masalah hati.
Namun aku telah menyadari kini ..
Dan aku tak ingin lagi bersedih
Aku hanya ingin berdoa untuk mu
Dan semoga kita bisa di ijinkan untuk saling berbagi
Dan untuk saling mendukung
Dan bersama-sama meraih cinta langit ke tujuh….

Kamis, 14 Mei 2009

Teguran untuk ku

Setulus senyum mu,,


sejujurnya laku mu,,


sehalusnya ucapmu,,


seperti itulah aku sedang diberi cermin, bahwa aku tak pantas menjadi orang lain.


Aku menikmati pribadi yang lain pada karakter ku, namun Allah telah mengingatkan ku.


Melalui hadirmu, melalui pertemuan yang sekejap, namun sangat membekas Allah menegurku, untuk kembali pada diriku, untuk kembali pada pribadi ku.


Bukanlah sesosok yang angkuh yang berdiri kokoh menantang terik nya hari. Bukan satu onggok badan yang menatap dengan arogan pada wajah-wajah yang berkepala besar.



Namun satu jiwa yang tercermin pada paras ayu yang menghangatkan hati yang beku.

satu jiwa yang terluapkan pada rupa yang mengayomi, meneduhkan teriknya jalan liku hidup.

Satu jiwa yang bisa dijadikan sandaran, meski bukan tumpuan.

Satu jiwa yang mampu menampung kubangan duka...
satu jiwa yang penuh kelembutan dan kasih sayang .

Satu Taman di Satu Sore

ayo,,kemari,,,
berilah aq sayap2 yang terkembang,,yg membawa qu mengangkasa,,
hey,,jangan nakal,,,,
aq sedang ingin terbang,,,
wangi bunga2 tiba2 semerbak,,,
kebahagiaan menyeruak
gembira menyergap ku..
dan kedukaan ini sekejap saja terlupakan
airmata ini sesaat terhapuskan,,,

dunia sedang tersenyum bersama qu
berapa hari dalam hidupku yang nyaris 23 tahun menjejak bumi & menghirup atmosfirnya,,ku rasa hari ini ,,saat ini adalah salah satu saat terbahagia dalam hidup,,,
apalagi yang kan ku rasa nanti ,,
aq tak peduli,,
aq hanya ingin tersenyum,,
untuk saat ini,,
utk jam ini,,,menit ini,,detik ini
huruf2 yang slalu jadi sahabat karib ku,,
huruf2 itu pula yang mengukir senyumku
melukiskan bahagia ku,,,

menarilah di taman yang penuh bunga,,,
dimana mentari hangat mencumbui kupu2 dan capung2 yang ceria beterbangan...
dimana aq berjalan dengan ceria di tengah2 padang rerumputannya...
dan ku menari di tengah gemericik aliran nya yang meriak,,,
dan ku berlari menjemputmu datang,,,
selayaknya anak kecil yang meyambut hadiahnya..
karena kau,,
adalah hadiah terbesar yang pernah Allah berikan dalam selama hembus nafas ku di dunia..

Minggu, 10 Mei 2009

Satu Monumen untuk mu

Masih gelap hari, ku lihat tirai cakrawala belum menguap juga.
Disini ku sedang tertatih mencoba menghapus sekilat ingatan.
Namun takkan bisa, karena tegak kokoh dalam hati ku telah berdiri satu tugu angan-angan , monumen yang ku bangun di dunia ilusi ku untuk mengingat mu, sebuah memoar manis.
Aku memang bukan orang yang bersuara merdu, yang iramanya kan menggema lapisan alam khayangan, bukan yang senyumnya mampu melumpuhkan jiwa yang angkuh.
Cukuplah aku satu sosok manusia saja yang kan menjadi salah satu yang pernah mengingatmu.
Aku tak peduli akankah kau menghargai dan ikut sejenak memandang monumen ini, aku hanya ingin menikmati rasa melankolis ku ini.
Aku ingin terjun ke dasar jurang kepedihan yang terdalam, hingga di mana rasa sakit tak lagi bisa menyentuhku.

Sabtu, 09 Mei 2009

Saat Terakhir_ST 12

Tak pernah terpikir oleh ku
Tak sedikit pun ku menyangka
Kau akan pergi tinggalkan ku sendiri

Begitu sulit ku bayangkan
Begitu sakit ku rasakan
Kau akan pergi tinggalkan ku sendiri

Di bawah batu nisan kini
Kau telah sandarkan
kasih sayang kamu
begitu dalam...
Sungguh ku tak sanggup ini terjadi
karena ku sangat ..cinta

Inilah saat terakhir ku melihat kamu
Jatuh air mataku, menangis pilu
Hanya mampu ucapkan
Selamat Jalan ,kasih...

Satu jam saja ku telah bisa cintai kamu di hatiku
Namun bagiku , melupakan mu
butuh waktu ku seumur hidup

Satu jam saja ku telah bisa sayangi kamu di hati ku
Namun bagiku, lupakan mu
butuh waktuku seumur hidup..

dari Dino,,,,icon memoar..

Elegi.

Detik yang baru saja lewat.
Terbuang percuma dengan sia-sia..
Bersama waktu aku mengukur sudut condong matahari.
Begitu berharganya waktu di saat kita tahu dimana batas akhirnya.
Di saat kesempatan yang ada sedang berjalan mundur menjauhi kita.

rasa ini tak menampakkan wujufnya engan jelas.
Ia bersembunyi di satu sudut hati yang terdalam.
Aku terlalu sombong mengakui, terlalu naif untuk berkata lugas.
Bodoh, bodoh, bodoh.
Kata itu saja yang bergaung di dinding otakku.
Aku memaksa akal sehatku berteriak, ini salah...ini salah...!
tapi mataku pun tak mampu ku bohongi bahwa tak ada yang salah dengan semuanya.
Hanya waktu yang tak mengijinkan aku.
Waktu menghalangi apa yang seharusnya ku inginkan, yang sebenarnya ingi ku jujurkan.

Dan hanya sakit yang kubasuh kini dengan dusta, sakit yang masih kucoba kubalut saja.
Aku benar-benar sadar kini bahwa aku tak lebih dari seorang pengecut, yang bahkan untuk berkata jujur pada diri sendiri pun aku tak berani.

Kini mata yang angkuh ini pun leleh...
Hanya mampu mengumpulkan serpihan keping hati yang terburai.
Aku tak tahu apa rasanya esok bagiku .

Dan mengapa Allah memberi ku rasa ini hanya untuk ku ragukan, hanya untuk ku pertanyakan dan akhirnya hancur tanpa ku remukkan.
Terbang mengangkasa tanpa ku layangkan.
Simpanlah berjuta pesona yang kau rangkum dalam raut lugumu, karena auranya memaksa aku mencipta beribu kata yang ku rangkai saat namamu terlintas dalam pikiran ku.
Tak ragu ku sanjungkan pujian untukmu, wahai yang terkasih..
Meski semuanya hanya kusimpan rapat dalam angan saja, namun begitu kekal nampaknya kau ukir senyumku, seolah tuk selamanya kau kan melukiskan bahagiaku.
Dan tak ada yang indah tentang wujud yang kasat mata.
Keindahan itu ada dalam mimpi ku tentang mu.
Keindahan itu menyeruakkan keharumannya yang menggoda aku.
Semua tentang ilusi, apa yang membuatku ingin tersenyum adalah kenangan ndan impian.
Tiada indahnya alam nyata, anamun apa yang lebih indah selain bicara tentang harapan yang berusaha kita semaikan.

Rabu, 06 Mei 2009

Mencoba Menanam Dusta


Seorang sahabat berkata,,"mudah-mudahan kamu tidak sedang membohongi diri sendiri..."
Sebelum kata-kata itu mengalir, pada hitungan mundur 588 jam sebelumnya, aku sedang menapaki debu di atas angin. Jiwa ku serasa meninggalkanku sesaat. Aku bahkan tak mampu membedakan manakah mimpi dalam pejaman mata, dan manakah yang nyata kasat mata.
Ada nada yang lain yang menggema jiwa kosong ini.
aku bahkan tak mampu mengelek bahwa aku menjadi begitu melankolis.
Aku tak sempat menemukan keindahan yang tersirat di wajahnya.
Tapi aku dapat merasakan angin yang teduh menghembusku, ada seirama lagu yang sendu berdengung, namun hati gamang, dan kaki menolak untuk berpijak.
Mata tak pernah mau menyesal pernah menatapnya, telinga tak pernah bosan tuk merindukan suaranya.
Namun kenyataan sedang berbicara padaku dalam bahasa yang sama sekali tak aku mengerti.
Satu kali saja Allah memberi ku kesempatan, dan aku ternyata hanya mampu membisu.
Seperti biasa, aku hanya bungkam, tak mampu berbahasa.
Hati selalu berbisik, namun suara yang lain tegas berkata tidak.
Namun suara manakah yang lebih menyiksa kini selain suara lirih bisikan hati ?

Selasa, 05 Mei 2009

Antarkan aku, atau setidaknya tunjukkanlah aku jalan menujunya.
Aku ingin meyelesaikan mimpi ini sampai ke ujungnya, hingga ke titik akhirnya.
Di mana tak ada lagi tempat bagi mimpi, yang ada hanya kedalaman yang selama ini tercipta oleh milyaran goresan luka, dan kedalaman itu kini siap digurat senyum. Ku telah terjun ke dalam jurang kepedihan yang paling dalam hingga tiada lagi tempat bagi rasa sakit .
Dan sedalam itu pula kini aku siap menampung bahagia.

Disanalah, dimana meski matahari tak mampu menembuskan sinarnya, dan ku tak bisa menggapai kehangatannya, namun dapat kulihat ia sedang bersinar meski samar.
Di sanalah, dimana meski kelam bersemayam, damai menyelimuti & sang bayu tak pernah menghianati.

Sabtu, 25 April 2009

24.04.09

Dunia ku hilang,,
Serasa ruh ku terbang,
Belum pernah aku merasa bahwa hidup rasanya tak berarti.
Tapi hari ini aku merasa aku sedang menunggu mati.
Nafas ku begitu sesak, dan mata ku tak sanggup menatap
Aku ingin lepas….

Minggu, 05 April 2009

Sepasang Bayang-bayang

Hanya bayang- bayang yang mampu menggapai bayang-bayang.
Untuk itu lah aku ber-transformasi menjadi diriku di dimensi yang lain. Jika aku tak mampu menggapai mu sebagai aku yang nyata di dunia yang kasat mata, maka biarlah ku leburkan diri ku bersama garis-garis hitam-putih yang menggores dan terwarnai di bawah matahari. Biarkan aku meleburkan diriku demi menyelami dimensi mu. Hanya dengan itu aku bisa menggapai mu.

Tak cukup tinggi aku membumbungkan diri, dan tiadalah aku dikaruniai dua sayap yang sanggup mengantarku ke lapis langit yang tak akan mampu ku gapai.

Maka biarlah aku leleh lebur melepas raga, berbekal sukma belaka aku menjemput mu.
Dan jika itu semua belum cukup untuk meraih mu, biar lah aku selamanya menjadi bayang-bayang yang menerawang, mencoba bersenyawa bersama sang bayu.

-------------------

Dalam dan jauh di sudut hati yang terkecil, setiap goresan itu ku simpan. Forgiven but not forgotten. Bukan kesombongan yang sedang merajai ku, hanya pembuktian sejatinya aku.
Sudah lama aku mebiarkan diri ku terinjak, dan aku membiarkan diriku berjalan dalam pandangan yang tertunduk.

Sabtu, 04 April 2009

Lipatan Mimpi

Sepenggal cerita dari Pembukuan hidup. Seperti satu cerita dari Yanti, kita tak bisa mengambil kesimpulan dari hanya satu kejadian yang terjadi dalam begitu banyak cerita yang telah, sedang dan akan terjadi dalam lembaran hidup kita.

Andai aku bisa menerawang masa datang, aku ingin berlari meraih nya.
Tapi hidup bukan andai-andai,,bukan angan semu,,bukan khayalan atau pun ilusi belaka.

Tinggalkan saja jiwa-jiwa lugu nan polos itu di belakang, biar mereka berlarian bersama imajinasi yang selalu menghiasai senyum kita, karena rantai waktu sedang menyeret kita, tanpa harus peduli apakah kita mengijinkannya atau tidak.

Mimpi itu hanya untuk penghias pejaman mata, dan saat kau membuka kembali mata mu, mimpi itu tak lagi ada. Dan mata yang terbuai mimpi itu telah kau simpan rapi, untuk kau buka kembali nanti. Tapi kini, tak butuh untuk mengurainya.

Selasa, 24 Maret 2009

Amien...

"Syukron katsir semoga Allah yang akan membalas semuanya atas apa yang diberikan melalui anak yang sholihah..."
Itulah kata terindah yang tertuang dari lisan yang ku agungkan, yang juga aku sanjung. Aku selalu menjadikan beliau sebagai kebanggaan ku. Dan tak ada lagi yang sanggup ku haturkan saat mata yang sombong ini mulai memanas, dan merobohkan keangkuhan yang ku kokohkan sebelumnya. Tak ada yang bisa menahan lelehan alirannya jika telah ku sentuh kata itu....Bapak ku.

Senin, 23 Maret 2009

This is our Strugle

Buat siapapun yang baca,,gw kasih saran... Klo loe kenal gw, berarti loe tau gw kyak apa. Buat yang gak kenal,,kenalan dulu, dong,ah.. Gak deng. Maksud gw siapapun loe,, gw kasih saran--jangan pernah ikutin jejak gw.
Karena qt punya jalan masing2,,gw pernah marah,,sedih, manyun, tapi sayang mata gw gak pernah mau diajak nangis, sombong banget.
Gw tau tiap-tiap qt punya cerita yang gak indah sepanjang perjalanan hidup yang gak pernah sempurna ini. Seedangkan manusia kayak gw ini yang gak bisa terima bahwa gak ada yang bisa sempurna dalam hidup, gak bakal ada senyum yang selalu terkembang. Coba dech loe hitung berapa hari aja dalam hidup loe dimana loe bener2 ngerasa bahagia.
Gw sendiri gak bisa ngitung, bukan saking banyaknya, karena saking bingungnya, kapan waktu yang bisa gw sebut sebagai kebahagiaan gw. Nah, ini satu contoh konkrit lagi, bahwa kalian gak boleh ngikutin jejak gw, yang bener2 gak tau caranya bersyukur.
Mulai dari merangkak dari nol, masing2 qt punya cara sendiri membuktikan pada dunia klo qt tuh pernah eksis, mungkin gw juga pengen ngukir nama di wajah dunia--"meski tak besar, namun terukir indah".
Itu dia, tapi gimana caranya coba...di saat hari2 gw selalu gw penuhin dengan umpatan2, yah mau sampai kapan?
Man, this is our strugle. That's the words that -you've- slapped- me- with.
Banyak waktu yg gw buang buat bengong, manyun atau sekedar berkhayal, yah dulu gw selalu berpedoman ---"kan,,ngayal itu gratis" tapi gila,, jatuh nya sakit banget waktu loe terjun bebas gara2 angan2 yang ketinggian.

Bermain dengan Angan-angan

Stop...! Berhentilah berkejaran dengan masa lalu. Haruskah masa kini hanya berguna demi menangisi yang telah terlewat? Menertawakan kebodohan diri, merenungi nasib buruk, menyesali kehadiran hidup dan keberuntungan hidup yang tak pernah sempurna. Benar-benar lawakan teraneh yang selalu kubuat selama hidupku.

Dimana kaki mengambang. Tiada berpijak,,masih saja aku menoleh pada jejak yang sudah terhapus desiran waktu.

Sabtu, 21 Maret 2009

Di Condong Tegak Sang Surya


Haruskah ku jujurkan kemarahan hati saat kau kembali mengoyak kedamaian yang telah dengan susah payah untuk ku hadirkan kembali dalam jiwaku? Ahh,,,
Buat apa kau berbuat hal konyol ,,hanya untuk membuat aku muak,, aku tak bisa menerima kenyataan bahwa aku ingin kembali berbicara padamu, meskipun hanya perdebatan sengit yang akan terjalin.
Memang itu yang kau harapkan,, kemarahan ku.


Tuhan,,,yang Maha Pembolak-balik hati hamba-Nya.
Jangan kau goyahkan lagi kemantapan yang telah dengan susah payah ku usahakan.
Kemantapan yang sebelumnya berdiri kokoh dengan tugu yang kubangun untuk
mengisyaratkan pekuburan mimpi, kini sedetik saja dia datang merobohkan tugu
itu, hanya dengan satu siulan saja.

Entah umpatan apa yang harus ku
ucapkan.
Darah ku bergelojak, entah apa yang harus ku lakukan lagi.
Namun semakin keras aku berteriak ,semakin aku menyakiti diri sendiri.

Bukan saatnya lagi mengenang fajar yang dulu pernah menyejukkan
condong sinar harapan di pagi yang berembun. Kini adalah waktu di mana matahari
tegak di atas kepala, begitu terik menyengat pada kenyataan yang kasat mata, dan
langkah yang berhadapan dengan apa yang kita namakan perjuangan untuk bertahan
dari tindasan roda waktu. Persiapan yang matang dalam masa metamorfosis. Jadi
jangan ajak aku lagi untuk membuai sisi alam bawah sadar ku, seperti apa yang
pernah ku lakukan dulu.
Aku sedang berjuang mengimbangi detik yang sedang
berjalan tanpa menawar & tanpa bertanya tentang kesiapan kita.
Jangan
goda aku untuk terdiam di tempatku sekarang berdiri,,karena siang ini tak kan
lama. Aku tak ingin menoleh ke belakang, di mana jejak di jalan kecil yang
setapak itu sudah tak nampak.

Senin, 09 Maret 2009

What I've Done--LP

In This Farewell
There's no blood
There's no alibi
'Cause I've drawn regret
From the truthOf a thousand lies

So let mercy come
And wash away

What I've done
I'll face my self
To cross out what I've done
Erase my self
And let go of what I've done

Put to rest
What you thought of me
While I clean this slate
With the
uncertainty
So let mercy come
And wash away

For What I've
I start again
And whatever Pain may come
Today is ends
I'm forgiving what I've done

-LP-

Rabu, 04 Maret 2009

Tidak untuk..

Yang mendasari rasa, yang menginduksi hati, yang menghadirkan harapan.
Cinta,
Tolong jangan sapa aku dulu, jangan hadir dalam hari-hari yang sekarang.
Tidak untuk saat yang ini, cinta. Jiwaku sedang begitu rapuh, aku akan merawatnya untk pulih dulu. Jangan di saat hari-hariku begitu muram, dan waktu tearasa begitu alot, lambat sekali berjalan. Dan emosi mulai tak terkendali. Saat amarah sudah tumpah ruah, aku hanya sanggup terdiam. Jangan dulu hadir di sisiku, sampai mentari ku bercahaya kembali.
Jangan dulu, sampai aku siap menerimamu.
Karena di saat- saat seperti ini aku hanya akan menyakitimu.
Aku hanya akan mengacuhkanmu, aku hanya akan mengecewakanmu.
Dan aku juga akan menyakiti dirku sendiri.

Namun tak bisa ku katakan itu semua padamu.
Karena sebelum bibirku berucap, kau telah membungkamnya dengan selimut kasih.
Kau datang dengan ketenangan yang menghanyutkan emosi yang masih akan meledak.
Kau menghampiriku membawa segenggam cahaya yang kuharap esok pagi kan menyapaku, namun tak kusangka, kau bahkan menghadirkannya padaku saat ini.
Meski kerdip mungil lilin yang kini mengisi relung sudut hati, namun semua bagai matahari baru bagiku.
Kau yang meghiasiku dengan senyuman. Kau meredam segala amarahku.
Di saat ku sedang berkata jangan datang, ternyata kau telah tinggal dalam ruang kosong hatiku, lalu bagaimana aku sanggup berkata jangan memasuki hidupku? Saat kau bahkan telah menjadi belahan jiwaku, separuh nafasku, dan bagian manis dalam hidupku?

Maafkan Aku....

Marahkah kau padaku? Tak sudi lagikah kau tatap aku?
Kalau kau ingin aku pergi, aku tak perlu menunggu lagi.
Aku sudah cukup mampu membaca matamu saja.
Jika tak bisa kau terima aku memasuki kehidupanmu, aku rela untuk meninggalkanmu. Karena dengan begitu berarti aku telah membahagiakanmu, aku telah melepas satu beban di fikirmu.
Aku hanya ingin meminta maaf untuk segala yang telah aku lakukan.
Maaf…
Untuk rasa yang tak bisa kupendam dan akhirnya harus kujujurkan padamu.
Maaf….
Untuk hati yang selalu berharap akan dirimu yang akan membalas rasa ku.
Maaf….
Untuk mata yang selalu memperhatikanmu.
Maaf…
Untuk hatiku yang terikat dengan mu.
Maaf…
Karena aku telah mencintaimu.

Tapi aku takkan menyesali semua yang pernah kita jalani. Semua hanya akan menjadi bagian terindah dalam hidupku, yang dengan mengenangnya aku pasti akan tersenyum.

Selasa, 03 Maret 2009

Kalau Hanya Demi aku

kalau hanya demi aku, takkan ada bayang-bayang harapan.
Kalau hanya demi ku sendiri, hari ini sudah cukup bagiku. Tak perlu lagi hari esok, ataupun masa yang akan datang.
Kalau demi diri sendiri, seseorang takkan bermetamorfosis menjadi "seseorang".
Dan jika hanya untuk diri sendiri, tak akan ada ambisi dan obsesi.

Dan kemana arah langkah jika hanya untukku sendiri? Aku takkan pernah mau beranjak, takkan mau melangkah, apalagi berlari mengejar mimpi.

Aku mengabaikan lelah, mengacuhkan pedih jiwa, dan Tiada peduli pada duri dan kerikil tajam yang mengintai.
Aku melangkah Demi wajahku, yang harus berani menentang cahaya matahari.
Aku melangkah demi wajahku, yang menyimpan wajah-wajah yang kubingkai dalam figura darah....dan daging.
Demi wajahku yang rindu menatap wajah-Mu.

Minggu, 01 Maret 2009

Kain Kebersahajaan

Kalau aku memang tak pantas menyandang jubah kebahagiaan yang gemerlap itu, maka cukuplah bagiku dengan kain yang bersahaja ini. Aku tak perlu bercermin mempertanyakan keindahannya. Aku telah merasakan perlindungan dan kenyamannya pada kulitku.
Kesederhanaan ini yang takkan pernah aku kan bersedia tuk menukarnya dengan apapun di dunia ini.
Karena kedamaian dan ketenangan hati yang menghiasai jiwaku ini sudah membuat aku merasa cukup dengan apa yang telah di karuniakan kepadaku. Dan satu kali saja aku kehilangannya, aku tak kan bisa merebutnya kembali.

Bintang Merah

"Saat Bintang Merah itu meredup dan akhirnya absen dari taburan kerlip angkasa, ia sedang bkata bahwa usianya tlah usai tuk ikut menyemarakkan Galaksi. Namun jauh di luar jangkauan titik fokus mata,Existensinya tetap ada dalam lingkaran tahun Cahaya."

Eksistensi tak selalu harus berwujud.
Seperti itulah aku tetap hidup di tengah mereka.

Kalau aku Harus Hidup?

Kalau aku harus hidup, aku harus menelan pahitnya perjuangan
Kalau aku dapat memilih, aku ingin hidup satu hari penuh kebahagiaan dibandingkan seribu tahun yang abadi dengan kebekuan, kesunyian dan kehampaan jiwa.
Sedetik nafas dalam naungan suka cita lebih berharga dibanding dengan satu tahun cahaya helaan nafas yang terbuang tuk mengeluh & menyesali takdir.
Namun sensitivitas nurani tak pernah berbicara dalam gelak tawa, wajah ceria & dunia yang penuh bahagia. Ia berbahasa dalam pekatnya malam, dinginnya kebekuan, dan peka terhadap luka, rasa sakit & kepedihan perjalanan kehidupan yang banyak menyimpan kerikil tajam & batu sandungan.
Bumi bukanlah negeri dongeng, tapi medan perjuangan & pengorbanan

Terserah,,

Bukan apa yang terjadi, tapi bagaimana kau menanggapi
Bukanlah kesalahan yang kau buat melainkan apa yang kau ingin tuk perbaiki
Bukan masalah yang ada tapi bagaimana kau menghadapinya

Apa yang telah terjadi memang sudah terjadi dan tidak bisa terulang
Memang semuanya sudah terlanjur
Tapi apa yang ku sesalkan adalah pengakuan bahwa tak ada sedikitpun rasa dalam nada bicara mu yang menunjukkan bahwa itu semua adalah suatu kesalahan masa lalu yang harus kau perbaiki demi masa depan
Dan ternyata kau belum cukup dewasa dalam menyikapi jalan hidup yang akan kau pertanggungjawabkan sendiri di hadapan-Nya nanti

Aku tak akan memaksa
Jika kau menganggap kehadiran ku tak lebih dari tali pengekang ataupun rantai penjara
Maka aku tahu bagaimana harus bersikap
Dan aku tak mau jadi penahan kebahagiaan seseorang

Karena tanpaku kau akan lebih bebas
Karena kepergianku dari catatan hidupmu mungkin akan membuat mu merasa lebih baik
Karena ketiadaan ku dalam hatimu akan membuatmu lebih bahagia
Untuk itulah aku melepaskanmu. X_I 121008

Salam ...

Bila kau tatap julangan jajaran pegunungan itu sampaikan salamku pada kehijauan yang terhampar laksana permadani bertahtakan kilauan zamrud. Rekamlah segala kicauan merdu yang senandungkan lagu di tepian gemericik sumber yang mengalirkan damai & kesegaran yang tak ku temui di sini.
Setiap saat kerinduan akan negeri & orang-orang tercintaku mencengkeramku, kupejam mata dan kurasakan ku berada di tengah suasana itu, ku pejam mata karena hal-hal terindah di dunia ini adalah yang tak mampu mata tuk menjangkaunya. Hal terindah dalam dunia adalah hal-hal yang tak terlihat & tak terdengar, tak tertangkap oleh indera.

SElongsong Raga Tanpa Jiwa

Luluh lemah, sayapnya patah. Tak bisa terlanjutkan perjalanannya.
Ia kini harus berhenti sejenak, memutuskan harus istirahatkah untuk merapikan sendi retaknya, ataukah sudahi saja. Ia terlalu lelah tuk melanjutkan separuh perjalanan yang belum sampai. Tapi haruskah mati disini dalam kesendirian, dikubur badai pepasir di tengah padang tandus ini? Ia mampu hidup tanpa makan, tapi takkan sanggup melanjutkan hidup tanpa harapan. Dan harapan itu kini telah mati. Lalu untuk apa lagi semua ini dilanjutkan kalau jiwa sudah tanpa ruh, dan hati tak bernyawa?

Be.Te

B-T
BETE
BETE
BETE
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E

B O R R I N G T O T A L

Terimakasih saja.

Bukakan bagiku satu pintu, meski ruang di dalamnya hanya ada udara
keputusasaan dan cahaya kekelaman.
Setidaknya aku punya tempat,karena ternyata aku kini tak memiliki satu tempat pun tuk singgah.
Tidak pula di hatimu
Lalu harus kemana aku berlari saat kutahu kau yang pernah kuharapkan malah begitu merendahkan aku ke tingkat bawah alam sadarmu
Sehina itukah aku sehingga kau menjadikan aku gurauan belaka
Tapi tak apa, aku sudah terbiasa sejak dulu oleh perendahan yang orang-orang lakukan padaku.
Bedanya hanyalah, bahwa aku tak pernah peduli pada cacian mereka karena mereka bukan siapa-siapa bagiku,tak punya arti apapun bagi hidupku.
Dan kini kau membuat dirimu tak lebih dari mereka.
Terimakasih atas semuanya, aku ingin sekali memberikan kata-kata untuk menyanjung kelihaianmu menipuku, tapi biar ku simpan saja, toh semua sudah tak ada artinya lagi kini.
Tak perlu kau berucap apapun untukku, karena tiap huruf kata-katamu hanya akan menambah panjang goresan luka
Dan apapun yang kan kau katakana tak kan memberi arti apapun bagiku.
Aku pernah menghargaimu, saat kau begitu menghargai aku, tapi tidak lagi kini, atau lain kali,
Aku tak pernah memberi kesempatan kedua pada siapapun dalam hidupku
Dan jangan pernah berharap akan diriku yang takkan lagi bersedia memberimu satu sudut saja di ruang hati.

X_I 160708





Masih Terbuka Langit

Masih terbuka langit, tangan-Nya Maha Luas tuk menggapai taburan doa dan segala desah keluh kesah ku
Aku tak ingin menangis, hanya ingin terpejam sesaat
Tuk memberi ruang bagi nafasku agar bias mengalir
Baru kusadari saat ini, semakin hari aku semakin lemah
Dan ternyata hati itu mudah tergoyah dan jiwa itu rapuh
Ingin kubuang segala harapku yang tak pernah mampu tuk ku wujudkan
Ku sebarkan abu pembakarannya di Laut Teluk ini
Jauh, dan dalam…
Keluargaku satu2nya harta terindah dan anugerah terbesar yang pernah ada bagiku,dan karena mereka-lah aku masih sanggup melangkah sejauh ini
Hanya merekalah yang tulus mencintaiku,sejak nafas pertamaku di dunia sampai hembus terakhirku tuk menuju-Mu, dan begitu pun aku kan slalu mencinta mereka, dan takkan kubiarkan orang2 yang mencintaiku terluka.
Kalau aku bisa melindungi mereka, akan kutumpahkan darahku tuk menyelimuti kedamaian jiwa mereka.
Ku titipkan mereka pada-Mu ya Allah,
Yang takkan pernah titipan itu sia-sia.
Tak ada yang kami punya selain Engkau di hati kami.

Apalagi yang mam pu kugapai kini selain bayangan kekelaman diriku sendiri yang tanpa daya tergolek serupa raga tanpa jiwa
Aku bagai orang yang mati di hari kelahirannya
Sebuah bingkisan indah yang karenanya aku harus sujud berjuta syukur pada kaki-Nya
Ingin ku menangis sejenak saja agar lepas segala beban yang menyesakkanku
Tapi kusadar, dunia dengan segala kehinaannya tak berhak mengalirkan setetes pun air mata kita

X_I 030608

B.I.S.U

Aku termangu,diam saja tak berbahasa.
Aku menunggu, terbisu menanti.
Namun selalu saja ini terulang lagi, bahwa apa yang aku inginkan takkan pernah aku dapatkan.
Dan bahwa apa yang aku harapkan takkan pernah terwujud jadi kenyataan.
Ahh…Kadang aku bosan tuk berharap
Tentang diriku, tentang hidupku, tentang harapanku, bullshit…
Semuanya cuma omong kosong saja
yang cuma membuang semua waktuku yang tak berguna.
Persetan dengan mimpi2 yang dulu slalu kubumbungkan pada langit,.
Kini kusembahkan jasadnya yang tlah tak bernyawa,
karna ku tlah membunuh sgala mimpi2 itu,
kusembahkan pada kaki langit di batas cakrawala bumi….
Dunia ini tak mampu kuraih, tak sanggup kubahagiakan diriku sendiri
dan bagaiman mungkin sanggup kubahagiakan orang2 yang mencintaiku?
Sudah lelah ku berjalan, sekian jauhnya kini ku melangkah,
belum ada sesuatu pun yang bias kuraih dalam genggamku.
Aku tak pernah berubah, hanyalah si kerdil hati,
yang tak punya kebesaran jiwa,,,
Sang penghuni kekelaman, dalam ruang pengap yang cuma diisi udara keputus-asaan.
Kapan ku bisa beranjak dari jalan yang tak berarah ini?
Aku hanya terus melangkah tak tentu,
masih selalu berharap kan ku temukan sesuatu di ujung arahku kini.
Tapi sudah bosan kuberharap lagi.
Biarlah ku tergolek lunglai di sini saja,
tak perlu ku lanjutkan lagi perjalanan ini.
Biar kuhabiskan sampai hembus nafas terakhirku di titik jenuh ini.
Biar debu2 dan padang pasir ini jadi pekuburan mimpi ku.
Dan tatap mataku mulai sayu dan kabur,,,,samar mulai kutangkap
Tak ada lagi cahaya yang mengisi mataku,,,
Hitam, kini semuanya menjadi gelap


XenoZ_IgnorA
30062008

****Membakar Mimpi****

Ada satu wanita bermuram durja duduk termenung. Dalam sepi dia mengukir kata-kata picisan tentang dukanya.
Di saat pergimu, di saat itu pula-lah tertutup semua pintu. Kecuali satu pintu, pimtu yang didalamnya ada ruang kegelapan denagn tirai kepahitan & udara keputus-asa-an.
Sesak, nafasku tersengal, kering, paru-paru ku sempit terasa.
Di saat pergi mu pergi pula segala harapan yang ku ingin wujudkan. Telah tenbang segala impian beserta sayap-sayap mimpi. Letih aku menjaganya, dan kini cahaya itu telah mati.
Di saat pergimu, di saat itu lah kubuang semua segala apa yang kuharap bisa terwujud.
Karena semuanya kini teronggok serupa mayat yang bertubuh tapi tak bernyawa, ruh nya telah pergi.
Wanita itu lalu melipat kertas goresan itu, lalu membumbungkannya tinggi, setinggi mungkin, berharap segala memori yang indah dulu pun mengangkasa, lepas, pergi tanpa satu tapak jejak.

Waktu yang lampau telah berlalu dari hidup kita. Sering terintas & teringat, namun tak bisa terulang untuk diperbaiki. Segores sesal selalu terlintas. Saat yang akan datang nanti, akankah semua kan tetap sama. Amsihkah ada waktu tuk bicara. Masihkan semua itu milikku?
Sehari saja dalam hidupku, izinkan aku, ya, Allah.beri sedikit waktu tuk bisa menatapnya lagi. Meski tak seperti waktu lalu, setidaknya aku tahu dia baik-baik saja. Kutitipkan dia pada-Mu, yang takkan pernah titipan itu sia-sia.
Jagalah dia seperti Kau jaga para kekasih-Mu ya, Allah, dan ku harap doaku ini tak berlebihan.
Aku menyayanginya selayaknya atmosfer menyelimuti kehidupan bumi. Namun aku rela jadi seonggok sampah yang melapuk, jikaq setelah terurai aku bisa menyuburkan tanah, setidaknya hidupku bisa memberi manfaat.
Kapan lagi waktu kan berikan aku kesempatan, sampai kini belum ku temukan dia.

Dzaman. Moeda. Doeloe.

Kita pernah miliki masa-masa itu, sahabat. Waktu dimana kita berjalan beriringan. Dan ingatlah tentang kebersamaan yang kita jalani. Tertawa, bersedih, bernyanyi, berlari, berduka, bahkan berdoa bersama.
Tapi seiring gelombang putaran waktu semuanya berubah, karena memang itulah hukum alam. Segala sesuatunya pasti berubah, tanpa lebih dulu bertanya
siapkah kita menyambut perubahan itu.
Dan kita seperti saling melupakan satu sama lain, karena ada hal yang lebih berharga yang kita cari.
Tapi di saat kita menyadari perubahan itu, sudah terlambat. Karena masing-masing dari kita telah memencarkan diri dan di saat kita sadar bahwa kita tinggal seorang diri, semua sudah si-sia.
Karena tak ada seorang pun yang tinggal.Dan saat kesendirian itu adalah saat-saat terpahit, yang dengan mengingat segala keindahan lalu-nya, kita seperti sedang menjerat leher sendiri

Tinta Hampa

Duri-duri mengitari sekeliling namun mawar merekah indah.
Di tengah aroma busuk Raflesia Arnoldi mengahrumkan namanya.
Seperti itu pula-lah aku ingin bertahan.
Hidupku tak pernah seindah cerita negeri dongeng.

Jalanku tak semulus dessert-high-way.
Sinar mata ku tak lebih dari sorotan yang terendap.
Dunia bukan milikku, tapi tiap detik yang ku jalani itulah harta berhargaku yang tak sanggup ku tebus tuk bisa kembali & memperbaikinya.
Aku tak punya pa-apa. Aku bukan siapa-siapa.
Namun sebelum nafas terakhirku inginku ukir namaku pada wajah dunia, walau pun tak besar, namun terkenang indah, setidaknya ada jejak yang ku tinggalkan di sana.

Di Tapal Batu yang Baru

Siapa yang akan tahu hari esok apa yang akan terjadi? Tak ada yang bisa menebak.
Tiap detik seharusnya sangat berarti, tetapi begitu mudah terlewati tanpa arti. Tersisa tanpa makna, terbuang lepas tanpa bekas.

Aku tak pernah mengira aku bisa sampai di tempat ini. Dunia ku yang semula sempit kini mulai menapak lebih jauh, dan sesuai harapanku, aku ingin selangkah ke depan. Manusia selalu punya keinginan dan tujuan. Itulah yang membuat kita bertahan. Mausia bisa hidup tanpa makan, tapi takkan pernah mampu hidup tanpa harapan.
Aku tak pernah meminta pada Allah atas ap yang kumau, tapi aku selalu mendapatkan lebih dari apa yang ku harapkan.
Otakku beku, hatiku sekeras batu.
Orang tuaku tak pernah mengajari aku tuk bermanja-manja dengan waktu.
Dan beruntunglah aku dengan tempaan itu.
Hidupku tak seelok dunia dongeng, tak seindah taburan bunga di taman surga.
Tapi cukup bagiku, bagaikan aliran sungai yang punya jalan dengan berbagai liku dan rintangan, tapi terus melaju sebelum sampai ke muara.

Aku membingkai diri dengan mimpi.
Aku menatap dengan penuh harap.
Namun aku melangkah di atas realitas.
Semua ada akhirnya, begitu pun rasa gundah yang sekarang ada
Rasa sedih takkan pernah mengembalikan sesuatu yang hilang & semua yang telah pergi.

Sisa Waktu

Hari berkabut, debu mengusap jiwa yang kerontang. Pepasir gersang yang lembut itu pun ternyata mampu melukai nafas yang telah terengah. Tak ada detik yang berdetak disini. Hanya matahari yang masih tertidur dan masih enggan mengantarkan aku ke masa 1 tahun yang akan datang. Bintang-bintang pun tak mengizinkan aku beranjak dari sini. Padahal aku sudah muak...!Padahal batas nurani telah tumpah ruah...muntah. Bibir sudut condong waktu yang mana yang mampu berbicara saat aku lirih membisikkan doa di sunyi yang hampa? ah,,,bullshit...! percuma berbasa-basi dengan jam dinding, dengan kalendar, dengan putaran bumi. Mereka cuma bisu.

Pengais Jalan Rantau

Sepotong jiwa di ranah rantau.
Mengais hidup di lorong-lorong sempit waktu. Sesak terjebak dalam pusaran kenyataan. Terjerembab di tanah asing dan memanggul kewajiban. Kewajiban tuk bangkit, menatap matahari. Kewajiban tuk berlari meski tulang dan sendi-sendi kaki menjerit pedih.
Kewajiban tuk setegar tameng dan benteng, meski rasa luruh rapuh.
Dan bangkitlah.
Atau jiwa-jiwa buas itu akan menginjak-injak tubuh lemahmu.
Dan berlarilah.
Atau harus kau serahkan dirimu pada terkaman waktu.
Dan tegarlah.Atau kau hanya seonggok raga tanpa jiwa.

Di Pertapaan Abadi

Aku tak ingin jadi bintang,
Ia harus bersinar dan selalu dinanti.
Aku lebih suka jadi setitik debu.
Tak perlu ada yang peduli.
Tak pernah punya arti.

Berikan satu saja alasan bagiku untuk tersenyum. Saat dimana_bahkan dalam mimpi pun kau enggan tuk memberiku satu senyum saja. Entah apa yang salah padaku. Dan aku harus menerima bahwa seluruh dunia ini sedang memandangku dengan perasaan benci, tanpa pernah tahu apa alasan mereka membenciku.
Tapi aku tak peduli dengan dunia, aku hanya ingin melihat seuntai senyum di bibirmu. Setelah itu aku akan pergi, entah kemana.
Aku akan mencari satu tempat dimana aku bisa menyatu dengan sunyi dan kegelapan sebagai selimutku.
Karena diam dan kelam mampu menyuarakan milyaran bahasa yang tak mampu terungkap, maka hanya dengan mereka-lah aku bisa bersahabat.
Tapi setelah ini kau pun tak perlu lagi bertanya. Aku takkan lagi bisa mengingat kesedihan saat ini.
Dan bagaimana lagi aku memiliki keinginan tuk bersedih saat bagiku ada negeri lain yang lebih agung, lebih kekal, lebih besar dan lebih indah dari dunia ini.

......rindu......

Karena dengan diam dan bersama gelap mampu menyuarakan milyaran bahasa yang tersendat dan tak terungkap, maka dengan mereka-lah aku bersahabat.
Dan jajaran wajah-wajah manusia yang punya tempat penghargaan yang tinggi dalam hatiku ini takkan pernah mambuatku bosan menatapnya.
Empat orang yang kusayang ini menyayatkan kerinduan, namun dengan tegarnya menyokong semangatku yang merapuh.
Hari ini kurindukan mereka, begitu pun esok, lusa, sampai kembali kutatap wajah mereka, dan kupeluk erat.
Ya, Allah yang menggenggam jiwaku dan membolak-balikkan hatiku, aku bergantung pada-Mu.
Tiada lain selain Engkau tuk ku mengadu dan berbagi.

aKu iNi sAmPaH......

Hidup bukanlah apa yang kita inginkan, tapi apa yang harus kita jalani. Semuanya adalah pilihan. Kadang kita dihadapkan pada pilihan yang menurut kita sulit.
Hidup punya banyak jalan & pilhan, milyaran atau apalah itu namanya untuk menyebut satuan jumlah yang tak terhitung.

Apa yang kita inginkan seringkali tak sejalan dengan kenyataan yang kita hadapi dan kita jalani. Tapi itulah kehidupan, jika semuanya harus begitu mudah, takkan ada yang namanya perjuangan. Tak ada yang namanya pengorbanan.

Jika semua bait dalam lembaran kehidupan hanyalah kebhagiaan, dimana akan ada tangis, kapan akan ada air mata, dan bagaimana sedih akan tercipta.
Semua itu sudah ada yang mengatur, dan kemarahan kita pada apa yang menimpa kita, akankah merubah segalanya menjadi lebih baik, menjadi sesuai apa yang kita inginkan..?

Amarah kita pada apa yang tak bisa kita raih hanya akan memperkosa keikhlasan yang sedang kita tanamkan, dan selalu kita belai jiwa kita dengan berusaha memantapkannya.

Aku selalu berbincang dengan hatiku, menghiburnya saat ia tak lagi mampu hanya untuk sekedar berdiri. Ku katakana padanya “tenang, Allah sedang berbicara pada kita tentang sabar, dan ikhlas. Dan pada akhirnya nanti kita kan bersama-sama mengecap manisnya ihsan dalam jiwa.”

Meskipun jarang sekali aku mampu meyakinkannya, dan ia lebih sulit untuk ku kontrol akhir-akhir ini, dimana emosinya sedang memuncak. Ia memberontak padaku, ia marah, ia memprotesku. Ia mulai berteriak padaku, mencoba mengoyak kedamaian yang kutaburkan dan sedang ku semaikan.


Ia bertanya kenapa aku hanya diam. Ia berteiak dan memaksaku berteriak bersamanya. Dan pada batas puncakku aku hanya akan merasakan sakit di belahan otakku yang mengalirkan air mata ku. Air mata yang tak cukup mampu menurunkan suhu ledakan emosi jiwaku.

Air mata yang hanya memberikan sebuah cermin betapa lemahnya aku. Air mata yang takkan ada satu pun yang mau menatapnya mengalir, apalagi untuk menghapusnya. Hanya aku yang merasakannya sendiri.

Hanya aku yang harus tersudutkan. Hanya aku yang bodoh. Memang, mereka bilang aku dungu. Tapi aku bukan keledai. Kalian bisa panggil aku manusia. Aku punya apa yang kalian punya, dan aku bisa merasakan apa yang bisa kalian rasakan juga.

Saat kalian merasa begitu tak berharga saat tak ada satu pun yang membela kalian saat seluruh isi dunia bersekutu menyudutkan kalian, aku merasakan hal yang sama juga pada diriku. Bahkan aku pernah menyebut diriku ini sampah…!