Selasa, 24 Maret 2009

Amien...

"Syukron katsir semoga Allah yang akan membalas semuanya atas apa yang diberikan melalui anak yang sholihah..."
Itulah kata terindah yang tertuang dari lisan yang ku agungkan, yang juga aku sanjung. Aku selalu menjadikan beliau sebagai kebanggaan ku. Dan tak ada lagi yang sanggup ku haturkan saat mata yang sombong ini mulai memanas, dan merobohkan keangkuhan yang ku kokohkan sebelumnya. Tak ada yang bisa menahan lelehan alirannya jika telah ku sentuh kata itu....Bapak ku.

Senin, 23 Maret 2009

This is our Strugle

Buat siapapun yang baca,,gw kasih saran... Klo loe kenal gw, berarti loe tau gw kyak apa. Buat yang gak kenal,,kenalan dulu, dong,ah.. Gak deng. Maksud gw siapapun loe,, gw kasih saran--jangan pernah ikutin jejak gw.
Karena qt punya jalan masing2,,gw pernah marah,,sedih, manyun, tapi sayang mata gw gak pernah mau diajak nangis, sombong banget.
Gw tau tiap-tiap qt punya cerita yang gak indah sepanjang perjalanan hidup yang gak pernah sempurna ini. Seedangkan manusia kayak gw ini yang gak bisa terima bahwa gak ada yang bisa sempurna dalam hidup, gak bakal ada senyum yang selalu terkembang. Coba dech loe hitung berapa hari aja dalam hidup loe dimana loe bener2 ngerasa bahagia.
Gw sendiri gak bisa ngitung, bukan saking banyaknya, karena saking bingungnya, kapan waktu yang bisa gw sebut sebagai kebahagiaan gw. Nah, ini satu contoh konkrit lagi, bahwa kalian gak boleh ngikutin jejak gw, yang bener2 gak tau caranya bersyukur.
Mulai dari merangkak dari nol, masing2 qt punya cara sendiri membuktikan pada dunia klo qt tuh pernah eksis, mungkin gw juga pengen ngukir nama di wajah dunia--"meski tak besar, namun terukir indah".
Itu dia, tapi gimana caranya coba...di saat hari2 gw selalu gw penuhin dengan umpatan2, yah mau sampai kapan?
Man, this is our strugle. That's the words that -you've- slapped- me- with.
Banyak waktu yg gw buang buat bengong, manyun atau sekedar berkhayal, yah dulu gw selalu berpedoman ---"kan,,ngayal itu gratis" tapi gila,, jatuh nya sakit banget waktu loe terjun bebas gara2 angan2 yang ketinggian.

Bermain dengan Angan-angan

Stop...! Berhentilah berkejaran dengan masa lalu. Haruskah masa kini hanya berguna demi menangisi yang telah terlewat? Menertawakan kebodohan diri, merenungi nasib buruk, menyesali kehadiran hidup dan keberuntungan hidup yang tak pernah sempurna. Benar-benar lawakan teraneh yang selalu kubuat selama hidupku.

Dimana kaki mengambang. Tiada berpijak,,masih saja aku menoleh pada jejak yang sudah terhapus desiran waktu.

Sabtu, 21 Maret 2009

Di Condong Tegak Sang Surya


Haruskah ku jujurkan kemarahan hati saat kau kembali mengoyak kedamaian yang telah dengan susah payah untuk ku hadirkan kembali dalam jiwaku? Ahh,,,
Buat apa kau berbuat hal konyol ,,hanya untuk membuat aku muak,, aku tak bisa menerima kenyataan bahwa aku ingin kembali berbicara padamu, meskipun hanya perdebatan sengit yang akan terjalin.
Memang itu yang kau harapkan,, kemarahan ku.


Tuhan,,,yang Maha Pembolak-balik hati hamba-Nya.
Jangan kau goyahkan lagi kemantapan yang telah dengan susah payah ku usahakan.
Kemantapan yang sebelumnya berdiri kokoh dengan tugu yang kubangun untuk
mengisyaratkan pekuburan mimpi, kini sedetik saja dia datang merobohkan tugu
itu, hanya dengan satu siulan saja.

Entah umpatan apa yang harus ku
ucapkan.
Darah ku bergelojak, entah apa yang harus ku lakukan lagi.
Namun semakin keras aku berteriak ,semakin aku menyakiti diri sendiri.

Bukan saatnya lagi mengenang fajar yang dulu pernah menyejukkan
condong sinar harapan di pagi yang berembun. Kini adalah waktu di mana matahari
tegak di atas kepala, begitu terik menyengat pada kenyataan yang kasat mata, dan
langkah yang berhadapan dengan apa yang kita namakan perjuangan untuk bertahan
dari tindasan roda waktu. Persiapan yang matang dalam masa metamorfosis. Jadi
jangan ajak aku lagi untuk membuai sisi alam bawah sadar ku, seperti apa yang
pernah ku lakukan dulu.
Aku sedang berjuang mengimbangi detik yang sedang
berjalan tanpa menawar & tanpa bertanya tentang kesiapan kita.
Jangan
goda aku untuk terdiam di tempatku sekarang berdiri,,karena siang ini tak kan
lama. Aku tak ingin menoleh ke belakang, di mana jejak di jalan kecil yang
setapak itu sudah tak nampak.

Senin, 09 Maret 2009

What I've Done--LP

In This Farewell
There's no blood
There's no alibi
'Cause I've drawn regret
From the truthOf a thousand lies

So let mercy come
And wash away

What I've done
I'll face my self
To cross out what I've done
Erase my self
And let go of what I've done

Put to rest
What you thought of me
While I clean this slate
With the
uncertainty
So let mercy come
And wash away

For What I've
I start again
And whatever Pain may come
Today is ends
I'm forgiving what I've done

-LP-

Rabu, 04 Maret 2009

Tidak untuk..

Yang mendasari rasa, yang menginduksi hati, yang menghadirkan harapan.
Cinta,
Tolong jangan sapa aku dulu, jangan hadir dalam hari-hari yang sekarang.
Tidak untuk saat yang ini, cinta. Jiwaku sedang begitu rapuh, aku akan merawatnya untk pulih dulu. Jangan di saat hari-hariku begitu muram, dan waktu tearasa begitu alot, lambat sekali berjalan. Dan emosi mulai tak terkendali. Saat amarah sudah tumpah ruah, aku hanya sanggup terdiam. Jangan dulu hadir di sisiku, sampai mentari ku bercahaya kembali.
Jangan dulu, sampai aku siap menerimamu.
Karena di saat- saat seperti ini aku hanya akan menyakitimu.
Aku hanya akan mengacuhkanmu, aku hanya akan mengecewakanmu.
Dan aku juga akan menyakiti dirku sendiri.

Namun tak bisa ku katakan itu semua padamu.
Karena sebelum bibirku berucap, kau telah membungkamnya dengan selimut kasih.
Kau datang dengan ketenangan yang menghanyutkan emosi yang masih akan meledak.
Kau menghampiriku membawa segenggam cahaya yang kuharap esok pagi kan menyapaku, namun tak kusangka, kau bahkan menghadirkannya padaku saat ini.
Meski kerdip mungil lilin yang kini mengisi relung sudut hati, namun semua bagai matahari baru bagiku.
Kau yang meghiasiku dengan senyuman. Kau meredam segala amarahku.
Di saat ku sedang berkata jangan datang, ternyata kau telah tinggal dalam ruang kosong hatiku, lalu bagaimana aku sanggup berkata jangan memasuki hidupku? Saat kau bahkan telah menjadi belahan jiwaku, separuh nafasku, dan bagian manis dalam hidupku?

Maafkan Aku....

Marahkah kau padaku? Tak sudi lagikah kau tatap aku?
Kalau kau ingin aku pergi, aku tak perlu menunggu lagi.
Aku sudah cukup mampu membaca matamu saja.
Jika tak bisa kau terima aku memasuki kehidupanmu, aku rela untuk meninggalkanmu. Karena dengan begitu berarti aku telah membahagiakanmu, aku telah melepas satu beban di fikirmu.
Aku hanya ingin meminta maaf untuk segala yang telah aku lakukan.
Maaf…
Untuk rasa yang tak bisa kupendam dan akhirnya harus kujujurkan padamu.
Maaf….
Untuk hati yang selalu berharap akan dirimu yang akan membalas rasa ku.
Maaf….
Untuk mata yang selalu memperhatikanmu.
Maaf…
Untuk hatiku yang terikat dengan mu.
Maaf…
Karena aku telah mencintaimu.

Tapi aku takkan menyesali semua yang pernah kita jalani. Semua hanya akan menjadi bagian terindah dalam hidupku, yang dengan mengenangnya aku pasti akan tersenyum.

Selasa, 03 Maret 2009

Kalau Hanya Demi aku

kalau hanya demi aku, takkan ada bayang-bayang harapan.
Kalau hanya demi ku sendiri, hari ini sudah cukup bagiku. Tak perlu lagi hari esok, ataupun masa yang akan datang.
Kalau demi diri sendiri, seseorang takkan bermetamorfosis menjadi "seseorang".
Dan jika hanya untuk diri sendiri, tak akan ada ambisi dan obsesi.

Dan kemana arah langkah jika hanya untukku sendiri? Aku takkan pernah mau beranjak, takkan mau melangkah, apalagi berlari mengejar mimpi.

Aku mengabaikan lelah, mengacuhkan pedih jiwa, dan Tiada peduli pada duri dan kerikil tajam yang mengintai.
Aku melangkah Demi wajahku, yang harus berani menentang cahaya matahari.
Aku melangkah demi wajahku, yang menyimpan wajah-wajah yang kubingkai dalam figura darah....dan daging.
Demi wajahku yang rindu menatap wajah-Mu.

Minggu, 01 Maret 2009

Kain Kebersahajaan

Kalau aku memang tak pantas menyandang jubah kebahagiaan yang gemerlap itu, maka cukuplah bagiku dengan kain yang bersahaja ini. Aku tak perlu bercermin mempertanyakan keindahannya. Aku telah merasakan perlindungan dan kenyamannya pada kulitku.
Kesederhanaan ini yang takkan pernah aku kan bersedia tuk menukarnya dengan apapun di dunia ini.
Karena kedamaian dan ketenangan hati yang menghiasai jiwaku ini sudah membuat aku merasa cukup dengan apa yang telah di karuniakan kepadaku. Dan satu kali saja aku kehilangannya, aku tak kan bisa merebutnya kembali.

Bintang Merah

"Saat Bintang Merah itu meredup dan akhirnya absen dari taburan kerlip angkasa, ia sedang bkata bahwa usianya tlah usai tuk ikut menyemarakkan Galaksi. Namun jauh di luar jangkauan titik fokus mata,Existensinya tetap ada dalam lingkaran tahun Cahaya."

Eksistensi tak selalu harus berwujud.
Seperti itulah aku tetap hidup di tengah mereka.

Kalau aku Harus Hidup?

Kalau aku harus hidup, aku harus menelan pahitnya perjuangan
Kalau aku dapat memilih, aku ingin hidup satu hari penuh kebahagiaan dibandingkan seribu tahun yang abadi dengan kebekuan, kesunyian dan kehampaan jiwa.
Sedetik nafas dalam naungan suka cita lebih berharga dibanding dengan satu tahun cahaya helaan nafas yang terbuang tuk mengeluh & menyesali takdir.
Namun sensitivitas nurani tak pernah berbicara dalam gelak tawa, wajah ceria & dunia yang penuh bahagia. Ia berbahasa dalam pekatnya malam, dinginnya kebekuan, dan peka terhadap luka, rasa sakit & kepedihan perjalanan kehidupan yang banyak menyimpan kerikil tajam & batu sandungan.
Bumi bukanlah negeri dongeng, tapi medan perjuangan & pengorbanan

Terserah,,

Bukan apa yang terjadi, tapi bagaimana kau menanggapi
Bukanlah kesalahan yang kau buat melainkan apa yang kau ingin tuk perbaiki
Bukan masalah yang ada tapi bagaimana kau menghadapinya

Apa yang telah terjadi memang sudah terjadi dan tidak bisa terulang
Memang semuanya sudah terlanjur
Tapi apa yang ku sesalkan adalah pengakuan bahwa tak ada sedikitpun rasa dalam nada bicara mu yang menunjukkan bahwa itu semua adalah suatu kesalahan masa lalu yang harus kau perbaiki demi masa depan
Dan ternyata kau belum cukup dewasa dalam menyikapi jalan hidup yang akan kau pertanggungjawabkan sendiri di hadapan-Nya nanti

Aku tak akan memaksa
Jika kau menganggap kehadiran ku tak lebih dari tali pengekang ataupun rantai penjara
Maka aku tahu bagaimana harus bersikap
Dan aku tak mau jadi penahan kebahagiaan seseorang

Karena tanpaku kau akan lebih bebas
Karena kepergianku dari catatan hidupmu mungkin akan membuat mu merasa lebih baik
Karena ketiadaan ku dalam hatimu akan membuatmu lebih bahagia
Untuk itulah aku melepaskanmu. X_I 121008

Salam ...

Bila kau tatap julangan jajaran pegunungan itu sampaikan salamku pada kehijauan yang terhampar laksana permadani bertahtakan kilauan zamrud. Rekamlah segala kicauan merdu yang senandungkan lagu di tepian gemericik sumber yang mengalirkan damai & kesegaran yang tak ku temui di sini.
Setiap saat kerinduan akan negeri & orang-orang tercintaku mencengkeramku, kupejam mata dan kurasakan ku berada di tengah suasana itu, ku pejam mata karena hal-hal terindah di dunia ini adalah yang tak mampu mata tuk menjangkaunya. Hal terindah dalam dunia adalah hal-hal yang tak terlihat & tak terdengar, tak tertangkap oleh indera.

SElongsong Raga Tanpa Jiwa

Luluh lemah, sayapnya patah. Tak bisa terlanjutkan perjalanannya.
Ia kini harus berhenti sejenak, memutuskan harus istirahatkah untuk merapikan sendi retaknya, ataukah sudahi saja. Ia terlalu lelah tuk melanjutkan separuh perjalanan yang belum sampai. Tapi haruskah mati disini dalam kesendirian, dikubur badai pepasir di tengah padang tandus ini? Ia mampu hidup tanpa makan, tapi takkan sanggup melanjutkan hidup tanpa harapan. Dan harapan itu kini telah mati. Lalu untuk apa lagi semua ini dilanjutkan kalau jiwa sudah tanpa ruh, dan hati tak bernyawa?

Be.Te

B-T
BETE
BETE
BETE
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E
B E T E

B O R R I N G T O T A L

Terimakasih saja.

Bukakan bagiku satu pintu, meski ruang di dalamnya hanya ada udara
keputusasaan dan cahaya kekelaman.
Setidaknya aku punya tempat,karena ternyata aku kini tak memiliki satu tempat pun tuk singgah.
Tidak pula di hatimu
Lalu harus kemana aku berlari saat kutahu kau yang pernah kuharapkan malah begitu merendahkan aku ke tingkat bawah alam sadarmu
Sehina itukah aku sehingga kau menjadikan aku gurauan belaka
Tapi tak apa, aku sudah terbiasa sejak dulu oleh perendahan yang orang-orang lakukan padaku.
Bedanya hanyalah, bahwa aku tak pernah peduli pada cacian mereka karena mereka bukan siapa-siapa bagiku,tak punya arti apapun bagi hidupku.
Dan kini kau membuat dirimu tak lebih dari mereka.
Terimakasih atas semuanya, aku ingin sekali memberikan kata-kata untuk menyanjung kelihaianmu menipuku, tapi biar ku simpan saja, toh semua sudah tak ada artinya lagi kini.
Tak perlu kau berucap apapun untukku, karena tiap huruf kata-katamu hanya akan menambah panjang goresan luka
Dan apapun yang kan kau katakana tak kan memberi arti apapun bagiku.
Aku pernah menghargaimu, saat kau begitu menghargai aku, tapi tidak lagi kini, atau lain kali,
Aku tak pernah memberi kesempatan kedua pada siapapun dalam hidupku
Dan jangan pernah berharap akan diriku yang takkan lagi bersedia memberimu satu sudut saja di ruang hati.

X_I 160708





Masih Terbuka Langit

Masih terbuka langit, tangan-Nya Maha Luas tuk menggapai taburan doa dan segala desah keluh kesah ku
Aku tak ingin menangis, hanya ingin terpejam sesaat
Tuk memberi ruang bagi nafasku agar bias mengalir
Baru kusadari saat ini, semakin hari aku semakin lemah
Dan ternyata hati itu mudah tergoyah dan jiwa itu rapuh
Ingin kubuang segala harapku yang tak pernah mampu tuk ku wujudkan
Ku sebarkan abu pembakarannya di Laut Teluk ini
Jauh, dan dalam…
Keluargaku satu2nya harta terindah dan anugerah terbesar yang pernah ada bagiku,dan karena mereka-lah aku masih sanggup melangkah sejauh ini
Hanya merekalah yang tulus mencintaiku,sejak nafas pertamaku di dunia sampai hembus terakhirku tuk menuju-Mu, dan begitu pun aku kan slalu mencinta mereka, dan takkan kubiarkan orang2 yang mencintaiku terluka.
Kalau aku bisa melindungi mereka, akan kutumpahkan darahku tuk menyelimuti kedamaian jiwa mereka.
Ku titipkan mereka pada-Mu ya Allah,
Yang takkan pernah titipan itu sia-sia.
Tak ada yang kami punya selain Engkau di hati kami.

Apalagi yang mam pu kugapai kini selain bayangan kekelaman diriku sendiri yang tanpa daya tergolek serupa raga tanpa jiwa
Aku bagai orang yang mati di hari kelahirannya
Sebuah bingkisan indah yang karenanya aku harus sujud berjuta syukur pada kaki-Nya
Ingin ku menangis sejenak saja agar lepas segala beban yang menyesakkanku
Tapi kusadar, dunia dengan segala kehinaannya tak berhak mengalirkan setetes pun air mata kita

X_I 030608

B.I.S.U

Aku termangu,diam saja tak berbahasa.
Aku menunggu, terbisu menanti.
Namun selalu saja ini terulang lagi, bahwa apa yang aku inginkan takkan pernah aku dapatkan.
Dan bahwa apa yang aku harapkan takkan pernah terwujud jadi kenyataan.
Ahh…Kadang aku bosan tuk berharap
Tentang diriku, tentang hidupku, tentang harapanku, bullshit…
Semuanya cuma omong kosong saja
yang cuma membuang semua waktuku yang tak berguna.
Persetan dengan mimpi2 yang dulu slalu kubumbungkan pada langit,.
Kini kusembahkan jasadnya yang tlah tak bernyawa,
karna ku tlah membunuh sgala mimpi2 itu,
kusembahkan pada kaki langit di batas cakrawala bumi….
Dunia ini tak mampu kuraih, tak sanggup kubahagiakan diriku sendiri
dan bagaiman mungkin sanggup kubahagiakan orang2 yang mencintaiku?
Sudah lelah ku berjalan, sekian jauhnya kini ku melangkah,
belum ada sesuatu pun yang bias kuraih dalam genggamku.
Aku tak pernah berubah, hanyalah si kerdil hati,
yang tak punya kebesaran jiwa,,,
Sang penghuni kekelaman, dalam ruang pengap yang cuma diisi udara keputus-asaan.
Kapan ku bisa beranjak dari jalan yang tak berarah ini?
Aku hanya terus melangkah tak tentu,
masih selalu berharap kan ku temukan sesuatu di ujung arahku kini.
Tapi sudah bosan kuberharap lagi.
Biarlah ku tergolek lunglai di sini saja,
tak perlu ku lanjutkan lagi perjalanan ini.
Biar kuhabiskan sampai hembus nafas terakhirku di titik jenuh ini.
Biar debu2 dan padang pasir ini jadi pekuburan mimpi ku.
Dan tatap mataku mulai sayu dan kabur,,,,samar mulai kutangkap
Tak ada lagi cahaya yang mengisi mataku,,,
Hitam, kini semuanya menjadi gelap


XenoZ_IgnorA
30062008

****Membakar Mimpi****

Ada satu wanita bermuram durja duduk termenung. Dalam sepi dia mengukir kata-kata picisan tentang dukanya.
Di saat pergimu, di saat itu pula-lah tertutup semua pintu. Kecuali satu pintu, pimtu yang didalamnya ada ruang kegelapan denagn tirai kepahitan & udara keputus-asa-an.
Sesak, nafasku tersengal, kering, paru-paru ku sempit terasa.
Di saat pergi mu pergi pula segala harapan yang ku ingin wujudkan. Telah tenbang segala impian beserta sayap-sayap mimpi. Letih aku menjaganya, dan kini cahaya itu telah mati.
Di saat pergimu, di saat itu lah kubuang semua segala apa yang kuharap bisa terwujud.
Karena semuanya kini teronggok serupa mayat yang bertubuh tapi tak bernyawa, ruh nya telah pergi.
Wanita itu lalu melipat kertas goresan itu, lalu membumbungkannya tinggi, setinggi mungkin, berharap segala memori yang indah dulu pun mengangkasa, lepas, pergi tanpa satu tapak jejak.

Waktu yang lampau telah berlalu dari hidup kita. Sering terintas & teringat, namun tak bisa terulang untuk diperbaiki. Segores sesal selalu terlintas. Saat yang akan datang nanti, akankah semua kan tetap sama. Amsihkah ada waktu tuk bicara. Masihkan semua itu milikku?
Sehari saja dalam hidupku, izinkan aku, ya, Allah.beri sedikit waktu tuk bisa menatapnya lagi. Meski tak seperti waktu lalu, setidaknya aku tahu dia baik-baik saja. Kutitipkan dia pada-Mu, yang takkan pernah titipan itu sia-sia.
Jagalah dia seperti Kau jaga para kekasih-Mu ya, Allah, dan ku harap doaku ini tak berlebihan.
Aku menyayanginya selayaknya atmosfer menyelimuti kehidupan bumi. Namun aku rela jadi seonggok sampah yang melapuk, jikaq setelah terurai aku bisa menyuburkan tanah, setidaknya hidupku bisa memberi manfaat.
Kapan lagi waktu kan berikan aku kesempatan, sampai kini belum ku temukan dia.

Dzaman. Moeda. Doeloe.

Kita pernah miliki masa-masa itu, sahabat. Waktu dimana kita berjalan beriringan. Dan ingatlah tentang kebersamaan yang kita jalani. Tertawa, bersedih, bernyanyi, berlari, berduka, bahkan berdoa bersama.
Tapi seiring gelombang putaran waktu semuanya berubah, karena memang itulah hukum alam. Segala sesuatunya pasti berubah, tanpa lebih dulu bertanya
siapkah kita menyambut perubahan itu.
Dan kita seperti saling melupakan satu sama lain, karena ada hal yang lebih berharga yang kita cari.
Tapi di saat kita menyadari perubahan itu, sudah terlambat. Karena masing-masing dari kita telah memencarkan diri dan di saat kita sadar bahwa kita tinggal seorang diri, semua sudah si-sia.
Karena tak ada seorang pun yang tinggal.Dan saat kesendirian itu adalah saat-saat terpahit, yang dengan mengingat segala keindahan lalu-nya, kita seperti sedang menjerat leher sendiri

Tinta Hampa

Duri-duri mengitari sekeliling namun mawar merekah indah.
Di tengah aroma busuk Raflesia Arnoldi mengahrumkan namanya.
Seperti itu pula-lah aku ingin bertahan.
Hidupku tak pernah seindah cerita negeri dongeng.

Jalanku tak semulus dessert-high-way.
Sinar mata ku tak lebih dari sorotan yang terendap.
Dunia bukan milikku, tapi tiap detik yang ku jalani itulah harta berhargaku yang tak sanggup ku tebus tuk bisa kembali & memperbaikinya.
Aku tak punya pa-apa. Aku bukan siapa-siapa.
Namun sebelum nafas terakhirku inginku ukir namaku pada wajah dunia, walau pun tak besar, namun terkenang indah, setidaknya ada jejak yang ku tinggalkan di sana.

Di Tapal Batu yang Baru

Siapa yang akan tahu hari esok apa yang akan terjadi? Tak ada yang bisa menebak.
Tiap detik seharusnya sangat berarti, tetapi begitu mudah terlewati tanpa arti. Tersisa tanpa makna, terbuang lepas tanpa bekas.

Aku tak pernah mengira aku bisa sampai di tempat ini. Dunia ku yang semula sempit kini mulai menapak lebih jauh, dan sesuai harapanku, aku ingin selangkah ke depan. Manusia selalu punya keinginan dan tujuan. Itulah yang membuat kita bertahan. Mausia bisa hidup tanpa makan, tapi takkan pernah mampu hidup tanpa harapan.
Aku tak pernah meminta pada Allah atas ap yang kumau, tapi aku selalu mendapatkan lebih dari apa yang ku harapkan.
Otakku beku, hatiku sekeras batu.
Orang tuaku tak pernah mengajari aku tuk bermanja-manja dengan waktu.
Dan beruntunglah aku dengan tempaan itu.
Hidupku tak seelok dunia dongeng, tak seindah taburan bunga di taman surga.
Tapi cukup bagiku, bagaikan aliran sungai yang punya jalan dengan berbagai liku dan rintangan, tapi terus melaju sebelum sampai ke muara.

Aku membingkai diri dengan mimpi.
Aku menatap dengan penuh harap.
Namun aku melangkah di atas realitas.
Semua ada akhirnya, begitu pun rasa gundah yang sekarang ada
Rasa sedih takkan pernah mengembalikan sesuatu yang hilang & semua yang telah pergi.

Sisa Waktu

Hari berkabut, debu mengusap jiwa yang kerontang. Pepasir gersang yang lembut itu pun ternyata mampu melukai nafas yang telah terengah. Tak ada detik yang berdetak disini. Hanya matahari yang masih tertidur dan masih enggan mengantarkan aku ke masa 1 tahun yang akan datang. Bintang-bintang pun tak mengizinkan aku beranjak dari sini. Padahal aku sudah muak...!Padahal batas nurani telah tumpah ruah...muntah. Bibir sudut condong waktu yang mana yang mampu berbicara saat aku lirih membisikkan doa di sunyi yang hampa? ah,,,bullshit...! percuma berbasa-basi dengan jam dinding, dengan kalendar, dengan putaran bumi. Mereka cuma bisu.

Pengais Jalan Rantau

Sepotong jiwa di ranah rantau.
Mengais hidup di lorong-lorong sempit waktu. Sesak terjebak dalam pusaran kenyataan. Terjerembab di tanah asing dan memanggul kewajiban. Kewajiban tuk bangkit, menatap matahari. Kewajiban tuk berlari meski tulang dan sendi-sendi kaki menjerit pedih.
Kewajiban tuk setegar tameng dan benteng, meski rasa luruh rapuh.
Dan bangkitlah.
Atau jiwa-jiwa buas itu akan menginjak-injak tubuh lemahmu.
Dan berlarilah.
Atau harus kau serahkan dirimu pada terkaman waktu.
Dan tegarlah.Atau kau hanya seonggok raga tanpa jiwa.

Di Pertapaan Abadi

Aku tak ingin jadi bintang,
Ia harus bersinar dan selalu dinanti.
Aku lebih suka jadi setitik debu.
Tak perlu ada yang peduli.
Tak pernah punya arti.

Berikan satu saja alasan bagiku untuk tersenyum. Saat dimana_bahkan dalam mimpi pun kau enggan tuk memberiku satu senyum saja. Entah apa yang salah padaku. Dan aku harus menerima bahwa seluruh dunia ini sedang memandangku dengan perasaan benci, tanpa pernah tahu apa alasan mereka membenciku.
Tapi aku tak peduli dengan dunia, aku hanya ingin melihat seuntai senyum di bibirmu. Setelah itu aku akan pergi, entah kemana.
Aku akan mencari satu tempat dimana aku bisa menyatu dengan sunyi dan kegelapan sebagai selimutku.
Karena diam dan kelam mampu menyuarakan milyaran bahasa yang tak mampu terungkap, maka hanya dengan mereka-lah aku bisa bersahabat.
Tapi setelah ini kau pun tak perlu lagi bertanya. Aku takkan lagi bisa mengingat kesedihan saat ini.
Dan bagaimana lagi aku memiliki keinginan tuk bersedih saat bagiku ada negeri lain yang lebih agung, lebih kekal, lebih besar dan lebih indah dari dunia ini.

......rindu......

Karena dengan diam dan bersama gelap mampu menyuarakan milyaran bahasa yang tersendat dan tak terungkap, maka dengan mereka-lah aku bersahabat.
Dan jajaran wajah-wajah manusia yang punya tempat penghargaan yang tinggi dalam hatiku ini takkan pernah mambuatku bosan menatapnya.
Empat orang yang kusayang ini menyayatkan kerinduan, namun dengan tegarnya menyokong semangatku yang merapuh.
Hari ini kurindukan mereka, begitu pun esok, lusa, sampai kembali kutatap wajah mereka, dan kupeluk erat.
Ya, Allah yang menggenggam jiwaku dan membolak-balikkan hatiku, aku bergantung pada-Mu.
Tiada lain selain Engkau tuk ku mengadu dan berbagi.

aKu iNi sAmPaH......

Hidup bukanlah apa yang kita inginkan, tapi apa yang harus kita jalani. Semuanya adalah pilihan. Kadang kita dihadapkan pada pilihan yang menurut kita sulit.
Hidup punya banyak jalan & pilhan, milyaran atau apalah itu namanya untuk menyebut satuan jumlah yang tak terhitung.

Apa yang kita inginkan seringkali tak sejalan dengan kenyataan yang kita hadapi dan kita jalani. Tapi itulah kehidupan, jika semuanya harus begitu mudah, takkan ada yang namanya perjuangan. Tak ada yang namanya pengorbanan.

Jika semua bait dalam lembaran kehidupan hanyalah kebhagiaan, dimana akan ada tangis, kapan akan ada air mata, dan bagaimana sedih akan tercipta.
Semua itu sudah ada yang mengatur, dan kemarahan kita pada apa yang menimpa kita, akankah merubah segalanya menjadi lebih baik, menjadi sesuai apa yang kita inginkan..?

Amarah kita pada apa yang tak bisa kita raih hanya akan memperkosa keikhlasan yang sedang kita tanamkan, dan selalu kita belai jiwa kita dengan berusaha memantapkannya.

Aku selalu berbincang dengan hatiku, menghiburnya saat ia tak lagi mampu hanya untuk sekedar berdiri. Ku katakana padanya “tenang, Allah sedang berbicara pada kita tentang sabar, dan ikhlas. Dan pada akhirnya nanti kita kan bersama-sama mengecap manisnya ihsan dalam jiwa.”

Meskipun jarang sekali aku mampu meyakinkannya, dan ia lebih sulit untuk ku kontrol akhir-akhir ini, dimana emosinya sedang memuncak. Ia memberontak padaku, ia marah, ia memprotesku. Ia mulai berteriak padaku, mencoba mengoyak kedamaian yang kutaburkan dan sedang ku semaikan.


Ia bertanya kenapa aku hanya diam. Ia berteiak dan memaksaku berteriak bersamanya. Dan pada batas puncakku aku hanya akan merasakan sakit di belahan otakku yang mengalirkan air mata ku. Air mata yang tak cukup mampu menurunkan suhu ledakan emosi jiwaku.

Air mata yang hanya memberikan sebuah cermin betapa lemahnya aku. Air mata yang takkan ada satu pun yang mau menatapnya mengalir, apalagi untuk menghapusnya. Hanya aku yang merasakannya sendiri.

Hanya aku yang harus tersudutkan. Hanya aku yang bodoh. Memang, mereka bilang aku dungu. Tapi aku bukan keledai. Kalian bisa panggil aku manusia. Aku punya apa yang kalian punya, dan aku bisa merasakan apa yang bisa kalian rasakan juga.

Saat kalian merasa begitu tak berharga saat tak ada satu pun yang membela kalian saat seluruh isi dunia bersekutu menyudutkan kalian, aku merasakan hal yang sama juga pada diriku. Bahkan aku pernah menyebut diriku ini sampah…!