Selasa, 05 Mei 2009

Antarkan aku, atau setidaknya tunjukkanlah aku jalan menujunya.
Aku ingin meyelesaikan mimpi ini sampai ke ujungnya, hingga ke titik akhirnya.
Di mana tak ada lagi tempat bagi mimpi, yang ada hanya kedalaman yang selama ini tercipta oleh milyaran goresan luka, dan kedalaman itu kini siap digurat senyum. Ku telah terjun ke dalam jurang kepedihan yang paling dalam hingga tiada lagi tempat bagi rasa sakit .
Dan sedalam itu pula kini aku siap menampung bahagia.

Disanalah, dimana meski matahari tak mampu menembuskan sinarnya, dan ku tak bisa menggapai kehangatannya, namun dapat kulihat ia sedang bersinar meski samar.
Di sanalah, dimana meski kelam bersemayam, damai menyelimuti & sang bayu tak pernah menghianati.

2 komentar:

M. imam supriyanto mengatakan...

“Kesetiaan hati ini untuk menunggu sebuah cinta yang tak pasti dan tiada mengetahui kapan terungkap dan terkuak. Cukup lama cinta ini terpendam dan membungkam, namun tetap hati ini mengunci rapat tak ingin untuk berkata. Terlewati malam demi malam dengan kesendirian dan berkhayal cinta hadir menemani. Kuingin sebuah cinta yang layaknya bintang mencintai malam, selalu setia walau dalam pekat dan menjadi pelita penerangnya. Haruskah cinta ini tertunggu dalam penantian yang panjang?”

Deweyzzz.... mengatakan...

rasa itu tak pernah menunggu,
rasa itu ada, dan bersembunyi,
dan kita yang menentukan
apakah ia kan jadi yang membunuh kita perlahan atau mengembangkan senyum di sanubari..