Minggu, 01 Maret 2009

Di Tapal Batu yang Baru

Siapa yang akan tahu hari esok apa yang akan terjadi? Tak ada yang bisa menebak.
Tiap detik seharusnya sangat berarti, tetapi begitu mudah terlewati tanpa arti. Tersisa tanpa makna, terbuang lepas tanpa bekas.

Aku tak pernah mengira aku bisa sampai di tempat ini. Dunia ku yang semula sempit kini mulai menapak lebih jauh, dan sesuai harapanku, aku ingin selangkah ke depan. Manusia selalu punya keinginan dan tujuan. Itulah yang membuat kita bertahan. Mausia bisa hidup tanpa makan, tapi takkan pernah mampu hidup tanpa harapan.
Aku tak pernah meminta pada Allah atas ap yang kumau, tapi aku selalu mendapatkan lebih dari apa yang ku harapkan.
Otakku beku, hatiku sekeras batu.
Orang tuaku tak pernah mengajari aku tuk bermanja-manja dengan waktu.
Dan beruntunglah aku dengan tempaan itu.
Hidupku tak seelok dunia dongeng, tak seindah taburan bunga di taman surga.
Tapi cukup bagiku, bagaikan aliran sungai yang punya jalan dengan berbagai liku dan rintangan, tapi terus melaju sebelum sampai ke muara.

Aku membingkai diri dengan mimpi.
Aku menatap dengan penuh harap.
Namun aku melangkah di atas realitas.
Semua ada akhirnya, begitu pun rasa gundah yang sekarang ada
Rasa sedih takkan pernah mengembalikan sesuatu yang hilang & semua yang telah pergi.

Tidak ada komentar: