Minggu, 01 Maret 2009

aKu iNi sAmPaH......

Hidup bukanlah apa yang kita inginkan, tapi apa yang harus kita jalani. Semuanya adalah pilihan. Kadang kita dihadapkan pada pilihan yang menurut kita sulit.
Hidup punya banyak jalan & pilhan, milyaran atau apalah itu namanya untuk menyebut satuan jumlah yang tak terhitung.

Apa yang kita inginkan seringkali tak sejalan dengan kenyataan yang kita hadapi dan kita jalani. Tapi itulah kehidupan, jika semuanya harus begitu mudah, takkan ada yang namanya perjuangan. Tak ada yang namanya pengorbanan.

Jika semua bait dalam lembaran kehidupan hanyalah kebhagiaan, dimana akan ada tangis, kapan akan ada air mata, dan bagaimana sedih akan tercipta.
Semua itu sudah ada yang mengatur, dan kemarahan kita pada apa yang menimpa kita, akankah merubah segalanya menjadi lebih baik, menjadi sesuai apa yang kita inginkan..?

Amarah kita pada apa yang tak bisa kita raih hanya akan memperkosa keikhlasan yang sedang kita tanamkan, dan selalu kita belai jiwa kita dengan berusaha memantapkannya.

Aku selalu berbincang dengan hatiku, menghiburnya saat ia tak lagi mampu hanya untuk sekedar berdiri. Ku katakana padanya “tenang, Allah sedang berbicara pada kita tentang sabar, dan ikhlas. Dan pada akhirnya nanti kita kan bersama-sama mengecap manisnya ihsan dalam jiwa.”

Meskipun jarang sekali aku mampu meyakinkannya, dan ia lebih sulit untuk ku kontrol akhir-akhir ini, dimana emosinya sedang memuncak. Ia memberontak padaku, ia marah, ia memprotesku. Ia mulai berteriak padaku, mencoba mengoyak kedamaian yang kutaburkan dan sedang ku semaikan.


Ia bertanya kenapa aku hanya diam. Ia berteiak dan memaksaku berteriak bersamanya. Dan pada batas puncakku aku hanya akan merasakan sakit di belahan otakku yang mengalirkan air mata ku. Air mata yang tak cukup mampu menurunkan suhu ledakan emosi jiwaku.

Air mata yang hanya memberikan sebuah cermin betapa lemahnya aku. Air mata yang takkan ada satu pun yang mau menatapnya mengalir, apalagi untuk menghapusnya. Hanya aku yang merasakannya sendiri.

Hanya aku yang harus tersudutkan. Hanya aku yang bodoh. Memang, mereka bilang aku dungu. Tapi aku bukan keledai. Kalian bisa panggil aku manusia. Aku punya apa yang kalian punya, dan aku bisa merasakan apa yang bisa kalian rasakan juga.

Saat kalian merasa begitu tak berharga saat tak ada satu pun yang membela kalian saat seluruh isi dunia bersekutu menyudutkan kalian, aku merasakan hal yang sama juga pada diriku. Bahkan aku pernah menyebut diriku ini sampah…!

1 komentar:

M. imam supriyanto mengatakan...

tulisannya ganti warna fontnya,,pusing liatnya...